Monday, October 31, 2011

Buah-buah Roh

Galatia 5:22-24

Surat Paulus tentang Buah Roh :

1. Kasih
2. Sukacita
3. Damai Sejahtera
4. Kesabaran
5. Kemurahan
6. Kebaikan
7. Kesetiaan
8. Kelemahlembutan
9. Penguasaan Diri




Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.

Thursday, October 20, 2011

Parákletos


Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment

Baca: Yohanes 14:26
Alkitab dalam setahun: Yeremia 26–29
Sebelumnya Roh Allah menyertai manusia, tetapi kemudian Ia undur meninggalkan anak-anak Allah dalam Kej. 6:1-4 merupakan gambaran dari kehidupan anak-anak Allah hari ini yang sampai taraf tertentu tidak lagi menerima tuntunan Tuhan. Mereka hidup dalam keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1Yoh 2:15–17).
Jadi hal yang sama juga dilakukan oleh anak-anak Allah hari ini, yang memilih untuk lebih mengasihi dunia dan keinginan sendiri daripada mendengar suara Tuhan dan hidup menuruti kehendak Tuhan. Alkitab menggambarkan orang-orang semacam ini dalam berbagai perumpamaan: orang-orang yang telah menerima undangan untuk mengikuti pesta perjamuan tetapi tidak mengenakan pakaian pesta (Mat. 22:1–14) atau lima gadis yang bodoh (Mat. 25:1–13).
Di mata orang, belum tentu orang yang hidup tidak sesuai kehendak Allah itu jahat. Bila mereka melakukan pelanggaran pun, banyak di antara mereka cerdik menyembunyikan kejahatannya dari orang lain. Tetapi mata Tuhan yang dapat menembus semua wilayah, Tuhan tahu bahwa mereka tidak melakukan kehendak Bapa.
Kalau kita merasa termasuk kelompok orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa ini, jangan mengeraskan hati. Masih ada kesempatan untuk bertobat, tetapi kalau kita mengeraskan hati terus, akhirnya bisa binasa. Kabar baiknya adalah Roh Kudus yang diutus oleh Bapa masih bersedia mendampingi kita untuk kembali menuntun kepada seluruh kebenaran Allah.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh Kudus adalah Parákletos yang berarti “penghibur”, “pendamping” atau “penolong”. Ialah yang mengajar kita kepada kebenaran, menghibur kita di kala kita merasakan kesulitan untuk mengejar kehendak Allah, dan juga menolong dan menguatkan kita supaya bersemangat dalam berjalan tetap di jalan Tuhan.
Namun pendampingan oleh Roh Kudus ini bisa terhenti. Manakala keinginan daging seseorang sudah sangat kuat dan dominan menguasai hidupnya, ia tidak lagi memberi tempat bagi Roh Kudus. Ia menolak Roh Kudus, dengan kata lain menghujat-Nya. Roh Kudus pun akan mengundurkan dirinya dari orang itu. Kalau sudah begini tak ada kemungkinan lagi untuk bertobat. Maka sekaranglah waktunya untuk merendahkan diri, selama Roh Kudus masih ingin menolong. Merataplah dengan tulus, mohon pengampunan. Tuhan selalu menyediakan ruang hati-Nya menyambut mereka yang sungguh-sungguh bertobat dan bersedia diperbarui.
Jika kita telah melenceng dari jalan Tuhan, bertobatlah
selama Roh Kudus masih ingin menolong.

Wednesday, October 5, 2011

Tidak Bisa Memaksa

Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment

Baca: Kejadian 4:6–7
Alkitab dalam setahun: Yesaya 64–66
Selama ini banyak orang Kristen berpendirian bahwa orang-orang yang tidak menjadi umat pilihan Allah—baik orang Yahudi, umat pilihan Allah secara jasmani, dan orang Kristen, umat pilihan Allah secara rohani—tidak bisa berbuat baik. Semua orang yang jatuh ke dalam dosa tidak bisa berbuat baik sama sekali. Pandangan ini sangat naif dan picik, sebab kenyataannya Ayub yang bukan orang Yahudi dan bukan orang Kristen pun memiliki kesalehan yang lebih dari orang lain pada zamannya. Dapatkah kita membantah pernyataan Alkitab bahwa Ayub seorang yang saleh dan jujur? Orang saleh seperti Ayub sebagai kekasih Tuhan mustahil tidak masuk dunia yang akan datang. Dunia yang akan datang adalah milik Tuhan yang diperuntukkan bagi semua orang yang tertulis dalam kitab kehidupan.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, apakah Iblis memaksa mereka untuk berbuat jahat? Perhatikan kisah Kain, anak Adam. Manakala Kain berniat menjahati adiknya, Tuhan tidak tinggal diam. Dengan kesabaran, Ia berkata kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”
Dari sabda Tuhan ini jelaslah bahwa sekalipun sudah jatuh ke dalam dosa, Kain sebenarnya masih bisa menghindarkan dirinya dari kesalahan fatal, yaitu tindakan pembunuhan. Kain masih bisa berkuasa atas dosa dan memilih untuk melakukan apa yang baik. Namun Kain menolak untuk mendengarkan Tuhan, dan akhirnya membunuh adiknya.
Perbuatan Kain tersebut bukan hasil paksaan Iblis. Sebagaimana Tuhan tidak bisa memaksa Kain untuk berbuat baik, Iblis juga tidak bisa memaksa orang untuk berbuat jahat. Semua perbuatan, baik maupun buruk, merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Taurat yang tertulis dalam hati manusia (Rm. 2:12–15) seharusnya menyanggupkan seseorang berbuat yang baik menurut ukuran manusia Perjanjian Lama. Itulah sebabnya di akhir zaman nanti ada penghakiman berdasarkan perbuatan (Why. 20:12). Ini berbeda dengan orang percaya, yang menghadap takhta pengadilan untuk menerima apa yang pantas diterimanya (2Kor. 5:10) berdasarkan standar pengikut Kristus, yaitu kesempurnaan seperti Bapa (Mat. 5:48). Ini berarti setiap orang menetapkan nasibnya sendiri dari tindakan dan pilihannya.
Baik Tuhan maupun Iblis tidak memaksa manusia;
setiap manusia bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya sendiri.