Tuesday, August 18, 2009

Berhenti Meminta untuk Diri Sendiri

Berhenti Meminta untuk Diri Sendiri

Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono (Truth Daily)

Orang percaya yang semakin dewasa semakin tidak memiliki banyak permintaan kepada Tuhan bagi dirinya sendiri. Akhirnya ia malah tidak meminta sesuatu untuk kepentingannya sendiri. Semua permohonannya kepada Tuhan adalah sesuatu yang ditujukan bagi kepentingan Tuhan sendiri. Hal ini bisa terjadi kalau seseorang sudah berhenti memperhatikan kepentingan dan kesenangannya sendiri (Flp. 2:1-3). Mereka adalah orang-orang yang berurusan dengan Tuhan bukan karena mau mempercakapkan dan menuntut haknya, melainkan karena mau mempercakapkan dan mempersoalkan kewajiban di hadapan Tuhan. Berkenaan dengan hal ini hendaknya kita tidak meragukan kesetiaan Tuhan dalam memenuhi hak-hak kita sebagai anak-anak-Nya, tetapi ragukanlah apakah diri kita sendiri telah memenuhi kewajiban kita bagi Tuhan?

Orang yang berhenti memperhatikan kepentingan dan kesenangan sendiri dan mengalihkan perhatiannya kepada Tuhan akan memperoleh pemenuhan segala kebutuhan dan kebahagiaan dari Tuhan yang mempedulikannya. Maka hendaknya kita tidak ragu-ragu untuk melepaskan naluri egoisme kita, dan menggantikannya dengan pengabdian bagi Tuhan. Kesediaan kita berpaling dari kepentingan dan kesenangan diri sendiri tidak akan mengurangi kesukaan dan kebahagian kita.

Orang-orang percaya yang telah akil balig ini menjadikan doa bukan sekedar permintaan, tetapi sebuah dialog. Dalam berdoa terjadi percakapan, sehingga yang penting adalah menemukan apa yang Tuhan kehendaki untuk dimengerti dan dilakukan. Doa bukan sarana untuk mengatur Tuhan dan membujuk-bujuk-Nya melakukan sesuatu untuk kepentingan kita, tetapi perburuan untuk mengenal Tuhan, kehendak dan rencana-Nya. Pola hidup orang percaya yang menggunakan standar ini sangat membahagiakan dan menempatkan orang percaya di tempat yang menyukakan hati Bapa. Orang-orang percaya seperti ini akan dibela Tuhan dan memiliki tempat yang istimewa di mata Tuhan. Segala kebutuhannya pasti diperhatikan Tuhan. Bukan hanya dia sendiri yang dikasihi Tuhan, melainkan juga orang yang dikasihinya.

Hanya dengan memiliki komitmen yang bulat untuk inilah kita dapat mencapai kedewasaan. Tentu untuk mencapai level ini kita harus belajar bertumbuh terus di dalam Tuhan, melalui pendalaman Firman Tuhan yang murni yang mengubah pola berpikir kita. Kedewasaan rohani inilah yang membuat seseorang akan dipercayai sebagai sahabat Tuhan, yang diperkenankan mengerti apa yang dikehendaki dan direncanakan oleh Tuhan (Yoh. 15:14-15).

Kesediaan kita berpaling dari kepentingan dan kesenangan diri sendiri tidak akan mengurangi kesukaan dan kebahagiaan kita.