Wednesday, August 1, 2012

Cinta Yang Dewasa


Sumber : Renungan Harian Truth

Cinta kepada Tuhan yang tidak dewasa, belum bisa dinikmati dan memuaskan hati Tuhan, sebab kualitas cinta yang demikian masih sangat rendah. Cinta kepada Tuhan yang tidak dewasa sering dipenuhi dengan intrik-intrik memanfaatkan Tuhan. Cinta seperti ini tidak memerlukan perjuangan, bisa ditumbuhkan dalam sekejap. Tetapi kalau mengasihi dan mencintai Tuhan dengan segenap hidup, seseorang harus didewasakan rohaninya, dan seiring dengan proses pendewasaan rohaninya berlanjut terus proses mengasihi Tuhan (Mat. 22:37-40). Cinta yang berkualitas yang diinginkan Tuhan, tidak bisa dibangun dalam sehari atau setahun. Ternyata  cinta yang dewasa  kepada Tuhan harus diperjuangkan.

Cinta yang tidak dewasa kepada Tuhan dalam hidup seseorang yang belum lama menjadi orang Kristen, diterima dan dimaklumi oleh Tuhan. Sama seperti orang tua yang mendengar anaknya yang masih kecil berkata, “aku sayang mama”. Orang tua menerima cinta anak itu dan bisa menikmatinya. Berbeda dengan keadaan ketika anak itu sudah dewasa. Ia tidak pernah berkata lagi kepada mamanya, ’I love you, mom’. Tetapi tindakannya akan menunjukkan bahwa ia mencintai mamanya. Mamanya bisa menikmati dan merasakan cinta anak tersebut tanpa perkataannya. Mamanya dapat menikmati cinta anak itu lebih dari menikmati pemberiannya. Apalagi orang tua yang sudah tidak bisa makan enak atau naik mobil mewah, ia tidak dapat menikmati barang pemberian anaknya, tetapi gelora cinta anaknya yang tulus, dirasakannya sebagai sebuah cinta yang berkualitas.

Sama dengan jika seorang pria mencintai seorang wanita secara utuh, se­benarnya juga membutuhkan proses yang tidak singkat. Ada orang yang merasa telah mencintai pasangannya, tetapi sebenarnya cintanya belum dewasa. Cintanya hanya didorong oleh libido semata atau faktor lainnya, misalnya karena harta orang tua si wanita. Kalau libidonya surut entah karena usia atau berbagai faktor lainnya, maka belum tentu cintanya masih utuh. Kalau harta warisan yang diberikan oleh orang tua wanita habis, ia akan mudah meninggalkannya. Kalau pasangannya berbuat suatu kesalahan belum tentu juga ia masih mencintai. Itulah sebabnya dalam fakta kehidupan ini, kita menjumpai banyak pasangan yang mudah bercerai walau belum lama menikah, atau sudah lama menikah tetapi cintanya tidak ber­tumbuh dewasa, akhirnya cerai. Kalau tidak bercerai, mereka masih hidup bersama hanya karena faktor malu bila cerai atau faktor anak-anak. Relasi seperti ini adalah relasi yang tidak ideal. Sebuah relasi yang akan melukai salah satu pasangannya
Jangan kita mengaku mencintai Tuhan,
jika ada kebohongan di balik ungkapan tersebut .