Sunday, February 6, 2011

Hukum Yang Bersifat Batiniah


Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono.
From : Truth Daily Enlightenment

Februari 2011
Baca: Matius 5:17–48
Alkitab dalam setahun: Matius 15–17

Pada intinya, melayani Tuhan adalah melakukan kehendak Tuhan. Melakukan kehendak Tuhan bukan hanya melakukan hukum-hukum atau peraturan-peraturan—seperti anggapan banyak orang beragama pada umumnya. Sejatinya ini adalah pola kehidupan umat Perjanjian Lama, yaitu mereka yang belum mengenal kebenaran yang diajarkan dalam Injil. Ketika seseorang hanya terpancang pada peraturan-peraturan, sebagai akibatnya ia malah tidak melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan dengan tepat.
Pada zaman Perjanjian Baru—yaitu setelah Tuhan Yesus menggenapi Taurat-Nya (ay. 17)—maka umat pilihan dipanggil untuk melakukan kehendak Tuhan bukan hanya yang tertulis secara legal formal. Hukum legal formal artinya hukum yang sesuai dengan bunyinya. Misalnya, “Jangan membunuh”, kalau diartikan secara legal formal, tentu maksudnya, “Jangan menghabisi nyawa orang lain”. Tetapi dalam Taurat yang disempurnakan oleh Tuhan Yesus, rumusannya lain; Ia mengatakan, orang yang membenci orang lain saja sudah sama dengan membunuh (ay. 21–22). Contoh lainnya, pengertian zina menurut umat Perjanjian Lama dan agama-agama pada umumnya adalah melakukan hubungan seks di luar pernikahan. Tetapi bagi umat Perjanjian baru, terbakar hawa nafsu bila melihat lawan jenis saja sudah merupakan pelanggaran zina (ay. 27–28).
Hukum Tuhan yang bersifat batiniah (menekankan sikap batiniah) ini bernilai jauh lebih tinggi daripada hukum yang tertulis, sebab kehendak Tuhan tidak bisa dirumuskan dengan kata-kata dan kalimat. Hukum yang tertulis tak mungkin dapat mewakili kehendak Tuhan yang sempurna.
Perlu diketahui bahwa dalam bacaan Alkitab kita hari ini Tuhan Yesus tidak bermaksud menyusun syariat atau hukum, tetapi hendak membuat perbandingan antara Taurat dan hukum yang disempurnakan. Dengan menyelenggarakan hidup sesuai hukum batiniah tersebut, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa umat Perjanjian Baru adalah umat yang luar biasa dalam kelakuannya, melebihi tokoh-tokoh agama pada zamannya (ay. 20).
Untuk bisa melakukan hukum yang bersifat batiniah ini, kita tidak cukup belajar butir-butir hukum yang tertulis. Kita harus mengenal kebenaran, salah satunya dengan menggali Firman-Nya. Mengenal kebenaran akan membuat kita menjadi cerdas untuk mengerti kehendak-Nya, dan dengan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya, kita melayani-Nya.
Hukum Tuhan yang bersifat batiniah
bernilai jauh lebih tinggi daripada hukum yang tertulis.