Friday, May 29, 2009

Membuktikan Allah Tritunggal (bagian 4)

Siapakah Roh Kudus Itu?

Penulis : Pdt.Dr.Erastus Sabdono (from Truth Daily Englightenment)

Sebenarnya Roh Kudus bukan sekedar tenaga aktif yang berasal dari Allah seperti yang ditafsirkan oleh beberapa teolog. Ada pandangan yang menganalogikan hal ini dengan aliran tenaga listrik. Allah digambarkan sebagai pusat tenaga listriknya , dan Roh Kudus adalah arusnya. Ini tidak tepat, Roh Kudus keberadaan-Nya bersama Allah Bapa dan Allah Anak; maka tentulah Ia sama hakikatnya dengan Allah. Oleh sebab itu kita harus menanggapi dan menerima - Nya sebagaimana kita menyambut Bapa dan Anak. Roh Kudus menyaksikan bahwa kita anak Allah (Roma 8:15-16). Dalam bahasa Yunani, kata “menjadikan” dalam Roma 8:15 ditulis (huiothesias), artinya “mengangkat menjadi anak” (adopsi). Jadi pengertian dari Roma 8:15 adalah, sebutan Bapa yang kita tujukan kepada Allah benar diterima hanya jika Roh Kudus diam di dalam diri kita, sebab sebutan itu mengalir dari hati yang didiami Roh Kudus. Efesus 1:13, Roh disebut sebagai meterai. Jadi benarlah pernyataan bahwa jika seseorang tidak memiliki Roh Kudus, ia tidak akan masuk ke surga. Namun ini jangan diubah menjadi “bila orang tidak berbahasa Roh, ia tidak akan masuk surga.”

Roh Kudus membawa kita kepada segala kebenaran (Yohanes 16:13), Kebenaran disini adalah kebenaran Allah, bukan kebenaran hasil pikiran manusia seperti yang sedang digandrungi orang pada zaman Injil Yohanes ditulis, yaitu filsafat Yunani populer. Dalam 1 Yohanes 2:27 tertulis bahwa pengurapan akan mengajar orang percaya. Maksud “tidak perlu diajar” dalam ayat ini adalah bahwa hanya oleh karena pimpinan Roh Kuduslah kita dapat mengerti Firman Tuhan. Oleh karenanya pula Tuhan Yesus berkata bahwa Roh Kudus akan mengingatkan apa yang Tuhan Yesus telah katakan (Yohanes 14:26).

Roh Kudus menolong kita berbuah (Galatia 5:22-23). Harus dibedakan antara buah dan karunia. Karunia diberikan Tuhan tanpa sangat dipengaruhi oleh waktu dan pergumulan, sementara buah dianugerahkan-Nya kepada kita melalui sebuah pergumulan dan proses yang panjang, dalam tuntunan Roh Kudus. Selanjutnya Roh Kudus memberi kekuatan batin (Efesus 3:16), yaitu menyangkut penghiburan dan keteguhan hati. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyebut Roh itu sebagai “Penghibur” (Yohanes 16:7).

Dapat kita lihat, sebelum Pentakosta, Petrus begitu penakut sampai-sampai menyangkali Tuhan Yesus. Tetapi setelah dipenuhi Roh Kudus, ia menjadi begitu tenang walau di ambang hukuman mati (Kisah Rasul 12). Roh Kudus membantu kita berdoa (Roma 8:26). Ibadah yang benar adalah yang dilakukan hanya oleh orang yang dipimpin Roh Kudus, jadi percuma kita beragama, melakukan liturgi dan upacara-upacara agama kalau tidak dalam pimpinan Roh Kudus.

Roh Kudus menyaksikan bahwa kita anak Allah, memeteraikan kita, membawa kita kepada kebenaran, dan menolong kita berbuah.

Membuktikan Allah Tritunggal (bagian 3)

Bukan “Aku”, tetapi “Kami”

Penulis : Pdt.Dr.Erastus Sabdono (from Truth Daily Englightenment)

Orang Kristen percaya kepada Allah Yang Maha Esa, tetapi kata “Esa” dalam kekristenan bukanlah tunggal secara matematis, melainkan satu dalam kejamakan yang unik. Dalam bahasa Ibrani kata “satu” (אחד, ekhad) bisa bermakna “kesatuan, dalam pengertian memiliki lebih dari satu unsur”. Dalam kejadian 2:24 tertulis : “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging “. Tentu “satu” dalam teks ini bukan satu dalam arti matematis. Juga dalam bahasa Yunani, kata “satu” (ula, mia) tidak selalu menyatakan jumlah yang dapat dihitung (1 Korintus 6:16-17). Karena ketritunggalan Allah merupakan cara keberadaan dan penyataan Allah dalam mengungkapkan diri-Nya, maka kebenaran ini sangat penting untuk dipahami. Menolak ketritunggalan Allah menyebabkan seseorang tidak mengenal Allah dan karya-Nya dengan benar. Dengan memahami yang diwahyukan Allah tentang Tritunggal, kita giring untuk memahami karya-Nya secara utuh dan lengkap.

Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dalam Perjanjian Lama, nyata-nyata bahwa Perjanjian Lama menyiratkan adanya Tritunggal. Bukti-bukti tersebut dapat dilihat antara lain : (El) adalah sebutan Allah yang artinya “Yang Mahakuasa”. Nama (Elohim) adalah bentuk jamaknya. Bila hanya El tanpa akhiran - im, itu maknanya tunggal, tetapi Elohim itu jamak . Ternyata dalam Alkitab dapat ditemukan kurang lebih 3000 kali kata Elohim dipakai untuk menyebut “Allah” dalam Perjanjian Lama, dan lebih dari 2300 kali digunakan untuk Allah Israel.

Kata “Kita “ dalam Kejadian 1 : 26; 11:7 juga menunjukan kejamakan. Dari informasi ini maka tidak dapt dibantah bahwa kebenaran mengenai Allah Tritunggal sudah ada di kalangan orang-orang dalam agama Yahudi (Yudaisme) atau agama Musa. Agama Yahudi adalah agama monoteisme pertama sebelum Kristen dan Islam. Monoteisme artinya meyakini bahwa Allah itu Esa. Perlu diingat bahwa Alkitab mulai ditulis sekitar tahun 1440 SM, yaitu 1500 tahun sebelum agama Kristen dan sekitar 2100 tahun sebelum agama Islam ada.

Dalam Yesaya 6 : 6 ketika Tuhan berkata, “ Siapakah yang akan pergi untuk Aku?” kata “Aku” dalam bahasa aslinya sebenarnya adalah “Kami” ( lanu artinya “untuk Kami”). Dalam Alkitab versi King James diterjemahkan: “….and who will go for Us?” Pernyataan Yesaya ini lebih meneguhkan kenyataan mengenai Allah Tritunggal yang tidak dapat disangkali