Thursday, August 5, 2010

Menerima-Nya



Oleh : Pdt. DR. Erastus Sabdono.
Diambil dari : Renungan harian Truth
 



Baca: Yohanes 1:11–12
Alkitab dalam setahun: Amsal 10–12
Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya (ay. 12). Kata “menerima” di dalam teks ini, aslinya ditulis λαβον (élabon) dari akar kata λαμβάνω (lambanō) yang selain berarti “menerima”, juga berarti “menggenggam”, “mencengkeram”. Kata ini bisa menimbulkan berbagai panafsiran, tetapi biasanya orang berpikir bahwa kalau mulutnya sudah mengaku Yesus adalah Tuhan dan hatinya merasa percaya berarti ia sudah menerima-Nya, dan dirinya sudah selamat. Pertanyaan yang patut dilontarkan adalah, apakah Tuhan Yesus sudah merasa dan mengakui bahwa kita telah menerima-Nya? Ingat, banyak orang merasa sudah mengenal Tuhan Yesus dan merasa pasti diterima oleh-Nya, namun ternyata ditolak (Mat. 7:21–23).
Hendaknya kita tidak menganggap remeh arti kata “menerima” ini. Apakah tatkala mempelai wanita berkata kepada mempelai pria, “Aku menerima engkau sebagai suamiku,” berarti ia telah menerima suaminya? Mana bisa janji nikah sepanjang lima detik menjadi ukuran penerimaannya! Tahun-tahun panjang dalam kehidupannya bersama dengan suaminyalah yang kemudian akan membuktikan apakah wanita itu menerima pria tersebut sebagai suaminya secara benar. Demikian pulalah saat seseorang menyatakan dirinya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam suatu kebaktian kebangunan rohani atau pelayanan pribadi, sama sekali belum berarti ia telah menerima Tuhan Yesus dengan benar.
Yoh. 1:12 tidak mencantumkan menerima-Nya sebagai sesuatu. Hanya tertulis “menerima-Nya”, titik. Berarti untuk sungguh-sungguh menerima-Nya, kita harus mengenal secara lengkap dan utuh seluruh keberadaan-Nya yang tertulis di dalam Injil. Maka untuk dapat mengenal Tuhan dan menerima-Nya, dibutuhkan kerja keras dan waktu panjang. Lambanō—mencengkeram—harus merupakan proses berkesinambungan. Jadi kalau hari ini kita merasa telah menerima Tuhan Yesus lalu berhenti belajar, itu salah, sebab sudahkah kita mengenal-Nya secara lengkap dan utuh? Kalau belum, sesungguhnya kita belum menerima-Nya dengan benar.
Memang untuk mengenal Tuhan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hari ini Yesus masih memberi kesempatan kepada kita untuk mengenal-Nya. Kalau kita menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan-Nya untuk bertumbuh dalam pengenalan dan penerimaan kita terhadap-Nya, sesungguhnya Ia tidak menganggap kita telah menerima-Nya. Marilah berjuang terus-menerus untuk mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi, sehingga Ia mengakui kita telah menerima-Nya.
Untuk sungguh-sungguh menerima Yesus,
kita harus mengenal-Nya secara lengkap dan utuh.