Tuesday, September 27, 2011

Harta Terpendam


Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment


Baca: Matius 13:44–46
Alkitab dalam setahun: Yesaya 5–8

Telah tersedia harta kekayaan yang tidak terbatas dalam pengiringan kita kepada Tuhan. Kita harus bekerja terus sampai kita menemukan kekayaan yang terpendam itu. Dalam teks ini, kita dapat melihat bahwa harta itu terkubur di dalam tanah, lalu ditemukan. Tersirat bahwa si peladang sedang bekerja di ladangnya, tanpa menduga bahwa di ladang yang digarapnya tersebut terdapat harta kekayaan yang tak ternilai.
Ini menunjukkan bahwa seseorang tidak akan mengenali kekayaan dalam Injil sebelum berusaha dengan sungguh-sungguh berusaha memburu Tuhan. Setelah ia menemukan kekayaan dalam Kristus, barulah ia bersedia barter, yaitu melepaskan segala sesuatu dan menganggapnya sampah, seperti Paulus (Flp. 3:7–14). Bagaimana seseorang bisa melepaskan segala sesuatu demi Injil, kalau belum memahami betapa hebat kekayaan yang tersedia dalam keselamatan melalui Tuhan Yesus Kristus itu? Setelah Paulus menyadari betapa hebat kekayaan dalam Kristus Yesus, barulah ia mau melepaskan semua yang baginya dulu merupakan keuntungan atau nilai lebih—ketaatannya kepada hukum Taurat, asal-usul Yahudinya, anggota Farisi, penganut agama Yahudi yang fanatik. Kini semua itu dianggapnya tidak ada harganya; yang diinginkannya hanyalah berusaha untuk mengenali Dia, serta menunjukan dirinya kepada Kerajaan-Nya sebagai tujuan kehidupan.
Rasul Paulus mengatakan bahwa ia mengejar kesempurnaan (Flp. 3:12). Ia tidak merasa puas dengan taraf kehidupan rohani yang sudah dicapainya. Tuhan menghendaki kita memiliki target rohani yang jelas, jadi tentu Ia sedih melihat orang-orang yang tidak berusaha mencapai tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Bagaimana perasaan orang tua yang mengharapkan anaknya bisa meningkatkan kualitas diri guna persiapan hidup hari esok, tetapi anaknya menolak dan sibuk dengan segala hal yang tidak berkaitan dengan persiapan menyongsong hari esok?
Waktu yang tersedia sangat singkat, tetapi kalau kita gunakan dengan serius, maka kita akan dapat memperoleh pemahaman-pemahaman baru yang mencengangkan, dan kita akan memahami betapa hebat kekayaan Kerajaan Surga. Keselamatan abadi yang disediakan oleh Tuhan Yesus sampai Ia menyerahkan nyawa-Nya bukan untuk hal-hal fana di dunia yang bisa hilang. Seperti peladang yang melepaskan segala yang dimilikinya untuk bisa memperoleh harta terpendam, marilah kita lepaskan keterikatan dengan dunia agar kita bisa memperoleh kekayaan Kerajaan Surga.
Jika kita memburu Tuhan dengan sungguh-sungguh, kita akan sadar bahwa untuk
memperoleh kekayaan dalam Kristus kita layak melepaskan segalanya.

Wednesday, September 14, 2011

Perjalanan Waktu


Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment

Baca: Pengkhotbah 3:1–8
Alkitab dalam setahun: 2 Tawarikh 28–31

Pengkhotbah mengingatkan bahwa segala sesuatu ada waktunya. Tetapi sekalipun puisi ini terdengar indah, dalam tulisan di bahasa aslinya, yang ditekankan penulisnya adalah, hidup ini monoton, penuh rutinitas yang membosankan. Jika kita terjebak dalam rutinitas dan membiarkannya berlalu begitu saja, kita mudah lupa bahwa perjalanan waktu tak bisa dicegah dalam hidup ini. Jebakan rutinitas inilah yang membuat orang meremehkan realitas perjalanan waktu, sehingga lupa bahwa dirinya adalah makhluk kekal. Manusia disibukkan oleh rutinitas sehingga tidak berjaga-jaga menyongsong kekekalannya.
Sesungguhnya perjalanan waktu ini sesuatu yang pasti dan sedang berlangsung. Perjalanan waktu ini didendangkan oleh detak jantung atau denyut nadi kita, juga diiringi oleh detak-detak jam tangan dan jam dinding kita. Seharusnya setiap kali kita merasakan detak jantung dan denyut nadi, kita diingatkan bahwa kita ada dalam perjalanan waktu. Setiap kali kita mendengar detak jam kita, kita diingatkan bawa kita sedang ada dalam pengembaraan waktu yang akan berakhir. Sebagaimana baterai jam dinding yang akan habis suatu saat sehingga tidak akan mampu memutar jarum jam lagi, demikian pula suatu ketika organ tubuh manusia tidak akan mampu memutar jarum kehidupannya.
Harus diingat bahwa ini suatu hal yang pasti. Mari sesekali kita renungkan realitas ini dengan mengunjungi tempat-tempat masa kecil kita, Kita akan menyadari betapa cepatnya waktu ini berlalu. Rasanya baru kemarin kita masih bermain-main di suatu tempat, sekarang tempat itu sudah sangat jauh berubah. Ditambah lagi orang-orang yang dahulu kita kenal, sekarang sudah tinggal batu nisan. Coba amati foto-foto kenangan waktu kita masih kecil. Tak disangka, tiba-tiba rambut kita sudah beruban. Begitu cepat waktu ini berlalu. Berjalan terus tanpa kompromi. Tidak ada seorang yang dapat menghentikannya.
Perjalanan waktu itu tidak menjadi masalah, kalau tidak ada ujungnya. Jika ada ujungnya pun tidak menjadi masalah, kalau tidak ada pertanggungjawaban. Namun Ternyata perjalanan waktu kita ada ujungnya, dan di ujung itu ada pertanggungjawaban. Firman Tuhan menyatakan bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat (2Kor. 5:10). Maka betapa pentingnya mengisi perjalanan hidup ini dengan bijak agar kita dapat memperoleh upah yang sepatutnya di hadapan takhta pengadilan Kristus.
Karena di ujung perjalanan waktu kita ada pertanggungjawaban,
mari belajar hidup dengan bijak.