Tuesday, October 26, 2010

Nishmath Khayyim


Nishmath Khayyim
Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono

Baca : Kejadian 2:7; Galatia 5: 16-26
Alkitab dalam setahun : Matius 18-17
Tuhan menciptakan manusia dengan cara unik dan sungguh luar biasa.  Setelah membentuk tubuh manusia secara fisik, Ia menghembuskan nafas  hidup ke dalam hidungnya.  Ini suatu misteri kehidupan yang harus kita pahami, sebab pemahaman atas hal ini akan sangat mempengaruhi kualitas hidup kekristenan kita. Tanpa mengerti kebenaran ini, orang percaya tidak memiliki arah yang benar dalam proses pemulihan gambar Allah yang sudah rusak dalam kehidupan setiap individu.
Apakah arti hembusan (yippakh) dari Allah itu? Kalau manusia menghembuskan nafas, ia perlu menghirup udara terlebih dahulu , tetapi tentu tidak demikian dengan Allah. Kalau Allah menghembuskan sesuatu, pastilah ada sesuatu yang keluar dari diri-Nya. Pkh.12:7 mengatakan , “Debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya”, dan Ibr.12:19 mengatakan bahwa Allah ialah Bapa segala roh. Maka pastilah yang dihembuskan Allah adalah roh dari-Nya, yang dikaruniakan-Nya kepada manusia.
Kata “nafas hidup” dalam teks aslinya adalah (Nishmath Khayyim). Yang menarik disini, untuk kata “hidup” digunakan bentuk jamak yaitu Khayyim, bukan bentuk tunggalnya, khay. Ini menunjukan bahwa di dalam diri manusia  ada lebih dari satu komponen kehidupan, yaitu roh dari Allah dan nyawa manusia itu sendiri , yang bertalian dengan panca indra dan keinginan daging.
Seandainya manusia tidak menerima hembusan nafas Allah, bisakah manusia menjadi mahluk yang bernyawa? Mengapa tidak bisa? Bukankah hewan diciptakan Tuhan tanpa dihembusi nafas-Nya, namun tetap menjadi mahluk hidup yang bernyawa? Bisa dibayangkan seandainya manusia tidak menerima hembusan nafas Allah, manusia menjadi binatang yang cantik dan ganteng. Fisiknya manusia tapi karakternya tidak berbeda jauh dengan hewan.
Maka kita melihat perbedaan yang sangat mencolok antara manusia dengan hewan. Manusia menerima hembusan nafas Allah, sedangkan hewan tidak. Manusia  memiliki roh, tetapi Tuhan akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja, tidak. Dengan penjelasan ini kita mengerti mengapa Paulus berbicara mengenai keinginan daging dan keinginan roh (Gal. 5:16-26). Keinginan daging bertalian dengan nyawa manusia , sementara keinginan roh bertalalian dengan roh yang dikaruniakan Allah.  Jadi kalau manusia hanya menuruti keinginan dagingnya, tidak ada bedanya dengan hewan.  Padahal manusia adalah mahkota dari ciptaan Allah, jadi kualitas hidupnya harus jauh lebih tinggi daripada hewan.
Keinginan daging bertalian dengan nyawa manusia, sementara keinginan roh bertalian dengan roh yang dikaruniakan Allah.