Wednesday, November 18, 2009

Saya Juga Munafik

Saya Juga Munafik

Bacaan hari ini: Matius 7:1-5
Ayat mas hari ini: Matius 7:5
Bacaan Alkitab Setahun: Yohanes 7-10


Kathleen Norris, dalam The Cloister Walk, bercerita tentang pengalamannya bergereja. Suatu ketika ia ditanyai seorang mahasiswa, mengapa ia terus pergi ke gereja dan bisa tahan menghadapi kemunafikan orang-orang kristiani. Ia merasa memperoleh ilham yang jitu, dan menjawab, ”Satu-satunya orang munafik yang perlu saya cemaskan pada hari Minggu pagi adalah diri saya sendiri.” Kathleen mengelakkan kecenderungan untuk mempersalahkan orang lain, dan memilih untuk berintrospeksi diri.

Sejak jatuh ke dalam dosa, manusia cenderung gampang melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Ia cepat melihat dan menghakimi pelanggaran orang lain, tetapi lamur terhadap pelanggarannya sendiri. Ketika dirinya yang melakukan pelanggaran, ia segera sibuk menuding orang lain sebagai penyebab pelanggarannya itu. Tuhan Yesus menghardik sikap munafik semacam itu. Dia tidak mengajari kita untuk menutup mata terhadap pelanggaran, tetapi mengarahkan kita untuk memulai pemeriksaan dari tempat yang benar: dari diri kita sendiri. Kita masing-masing memiliki “balok’”, kecenderungan untuk melakukan dosa dan pelanggaran. Kita perlu terlebih dahulu merendahkan diri dan meminta pertolongan Tuhan untuk mengeluarkan balok tersebut. Pandangan kita pun akan menjadi jernih, sehingga nantinya kita bisa menuntun saudara yang lain untuk mengeluarkan serpihan kayu dari matanya.

Hadapilah, oleh anugerah Tuhan dan ketaatan pada firman-Nya, dosa yang mencobai Anda. Kemenangan atas dosa itu akan memampukan Anda untuk menolong orang lain mengatasi dosa yang serupa.


JANGAN MENGHAKIMI DOSA ORANG LAIN KALAU ANDA TIDAK BERSEDIA MENOLONG ORANG ITU MENGATASI DOSANYA

Penulis: Arie Saptaji

Menjaga Rahasia

Menjaga Rahasia

Bacaan hari ini: Matius 17:1-9
Ayat mas hari ini: Matius 17:9
Bacaan Alkitab Setahun: Yohanes 4-6


Bayangkan. Suatu hari Anda bertemu dengan aktor film terkenal di ruang tunggu bandara. Ia duduk di sebelah Anda, bahkan mengajak Anda bicara. Apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda akan mengajaknya foto bersama; mengabadikan peristiwa langka itu. Sesampainya di rumah, pasti Anda tidak tahan lagi untuk menceritakan pengalaman istimewa itu pada semua orang.

Petrus, Yohanes, dan Yakobus juga pernah punya pengalaman istimewa ketika mereka diajak Yesus naik gunung. Di situ mereka menyaksikan pemandangan spektakuler. Tuhan Yesus berubah rupa. Bercahaya. Keilahian-Nya terpancar keluar. Lalu mereka melihat Musa dan Elia, dua nabi terbesar dalam sejarah Israel. Tak seorang pun pernah menyaksikan peristiwa sedahsyat ini! Ketiganya sudah tak sabar lagi menceritakan apa yang mereka lihat. Ini wajar, tetapi Yesus melarang mereka bercerita. Saatnya belum tiba. Lagipula Yesus tak ingin ketiganya jadi besar kepala. Mereka harus tutup mulut. Ini tidak mudah. Menjaga rahasia berarti melawan keinginan untuk dipandang hebat. Perlu pengendalian diri. Syukurlah Petrus berhasil. Puluhan tahun kemudian, baru ia ceritakan kejadian ini dalam suratnya (Baca 2 Petrus 1:17,18).

Bisakah Anda menjaga rahasia? Orang kerap membocorkan rahasia, lantas berkata: ”Jangan bilang kepada siapa-siapa lagi.” Dengan begitu orang berpikir tak akan menimbulkan masalah. Toh ”hanya” satu-dua orang yang tahu. Namun akhirnya, rahasia itu bocor ke mana-mana; menimbulkan masalah; melukai hati. Kita perlu belajar mengendalikan diri seperti ketiga murid Yesus. Ada saatnya diam adalah emas.


KEGAGALAN MENJAGA RAHASIA MEMBUAT ORANG TAK LAGI PANTAS DIPERCAYA

Penulis: Juswantori Ichwan