Monday, September 15, 2014

Blessing In Disguise

Oleh : Pdt.Dr. Erastus Sabdono
Artikel dari Warta Rehobot


Karena melalui segala peristiwa Tuhan berbicara kepada kita, yaitu memberi nasihat dan pendidikan-Nya, maka kita harus sungguh-sungguh menghayati bahwa hidup ini adalah sekolah. Kita harus fokus terhadap setiap pelajaran yang Tuhan berikan melalui segala peristiwa yang kita dengar, lihat dan alami. Oleh sebab itu perhatian kita tidak boleh tertuju kepada yang lain. Kalau perhatian seseorang tercuri oleh hal lain, maka pelajaran berharga yang diberikan Tuhan setiap hari kepada masing-masing individu menjadi sia-sia. Banyak pelajaran mahal yang Tuhan berikan dan terlewatkan begitu saja. Dengan demikian anugerah Tuhan yang sangat berharga tidak dihargai. Sejatinya banyak orang Kristen bersikap demikian. Hal ini bisa terjadi ketika seseorang tidak memiliki kerinduan untuk bertumbuh dalam Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang tidak haus dan lapar terhadap kebenaran. Jika seseorang memperhatikan dengan serius setiap peristiwa kehidupan yang didengar, dilihat dan dialami, maka nyatalah kemajuan kedewasaan rohaninya. Anak-anak Tuhan harus memiliki “seni” atau kecerdasan dan ketelitian menganalisa setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Dengan teliti seperti kegiatan seorang peneliti terhadap suatu obyek. Dengan keseriusan yang tinggi seseorang akan mendapat pencerahan dari Tuhan untuk menemukan banyak pelajaran rohani yang memberi hikmat, mengubah pola berpikir dan mendewasakan rohani menuju kesempurnaan. Melalui segala peristiwa tersebut sesungguhnya Tuhan memberikan “rhema-Nya” (suara dari hati Tuhan) yang berkenaan secara langsung dengan kebutuhan pada waktunya. Rhema (Firman Tuhan) ini sukar diperoleh tanpa melalui pengalaman hidup konkrit dalam kehidupan. Dalam hal ini sering orang percaya yang sungguh-sungguh haus dan lapar akan kebenaran memperoleh pengalaman “blessing in disguise”, artinya kadang melalui pengalaman yang menyakitkan Tuhan memberikan “rhema-Nya”. Jadi rhema yang diterima orang percaya tidak selalu melalui pengalaman yang menyenangkan, justru lebih banyak melalui pengalaman yang tidak nyaman. Orang percaya yang dewasa dan mengerti kebenaran ini tidak akan bersungut-sungut ketika harus melewati lembah kesulitan. Jika mengerti betapa nilai “rhema” yang diberikan Tuhan mestinya kita berani membayar berapa pun harga yang harus dibayar. Lagi pula hal ini tidak diberikan kepada semua orang, tetapi hanya kepada mereka yang mengasihi Tuhan (Rm. 8:28). Dalam hal ini kita menemukan hubungan antara mengasihi Tuhan, mengalami segala perkara dimana Allah turut bekerja dan rhema yang Tuhan berikan kepada mereka yang mengasihi Tuhan. Dengan demikian jelas sekali bahwa hanya orang yang mengasihi Tuhan yang memperoleh rhema. -Solagracia-
Anak-anak Tuhan harus memiliki “seni” atau kecerdasan dan ketelitian menganalisa setiap peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.