Thursday, December 9, 2010

Orang Suka Memberi, Biasanya Bahagia


Pdt.Bigman Sirait

ALASAN memberi,
pertama, karena itu perintah Tuhan. Hal ini sudah diatur dalam perjanjian Lama (PL) sampai Perjanjian Baru (PB), sehingga muncul berbagai hal yang
memberikan indikasi yang sangat kental supaya kita memberi.
Kedua, karena kita sudah menerima apapun dari Tuhan, apa yang kita punya adalah milik Tuhan. Itu sebab kita harus memberi. Sehingga istilah “diberi untuk memberi, diberkati untuk memberkati”, ini sangat penting. Jadi, kita memberi bukan supaya menerima dari Tuhan.
Alasan ketiga, karena memang harta atau uang yang kita miliki itu diberikan Tuhan untuk memuliakan
nama-Nya. 
Alasan keempat, demi harta sorgawi. Di Alkitab ada tertulis bahwa harta yang kita simpan di dunia, akan dimakan ngengat, tetapi jika disimpan di surga, harta itu abadi. Memberi tidak sama dengan masuk surga. Tapi karena Tuhan sudah memberi, maka kita memberi, dan dengan memberi terbukti bahwa kita memang milik surga. Maka jangan berhitung dengan uang persembahan, sebab harta atau uang datang dari Dia, maka
harus dikembalikan pada Dia untuk kemuliaan nama-Nya. Jadi, alasan-alasan untuk memberi harus dipahami dalam empat prinsip di atas. Kita memberi karena memang Tuhan yang memerintahkan, bukan suka-suka kita.
Sekarang kita membahas tujuan memberi:
1) Untuk rumah Tuhan, supaya pelayanan itu berjalan. Tuhan marah kepada orang Israel yang setelah pulang dari pembuangan anteng-anteng saja. Waktu mereka habis untuk memikirkan diri sendiri. Tuhan marah karena rumah-Nya dibiarkan kosong. Tuhan tidak mau rumah-Nya diabaikan.
2) Untuk hamba Tuhan, supaya ada kesejahteraan. Tetapi kesejahteraan tidak sama dengan bertumpuk harta dan kelimpahan. Pendeta perlu punya mobil untuk pelayanan, rumah yang layak, dana untuk menyekolahkan anak. Jadi, hamba Tuhan tidak dianjurkan untuk berlebih-lebihan. Kekayaan itu mestinya karena banyak memberi, bukan karena memiliki banyak.
3) Supaya ada keseimbangan. Yang kaya tidak terlalu kaya, yang miskin tidak terlalu miskin.

Sementara, syarat-syarat memberi adalah: 
 Pertama, dengan rasa syukur mengingat berkat Tuhan. Ingat, waktu kita memberi, itu karena kita sudah menerima. Maka memberi adalah sebuah kehormatan. Adanya rasa syukur, maka kita memberi.
Kedua, memberi dengan sukarela. Karena ada kesadaran diri, maka kita memberi, dan kita melakukan itu karena relasi dengan Tuhan. Kita mestinya merasa gelisah kalau tidak memberi. Itu sebab kita harus memberi dengan penuh kerelaan untuk mewujudkan rasa syukur.
Yang ketiga, jangan memberi karena paksaan. Jangan memberi hanya karena termakan retorika pengkhotbah.
Keempat, memberi harus mendatangkan suka cita yang luar biasa. Orang yang suka memberi itu biasanya bahagia. Ketika memberi dia merasa senang, dan dengan memberi kita boleh berterimakasih kepada Tuhan.
Kelima, memberi dengan tepat. Artinya, jangan memberi mutiara kepada babi. Jangan memberi persembahan kepada gereja yang hanya memperkaya diri.

Memberi bersyarat
Orang yang memberi bersyarat adalah yang berpikir bahwa dengan memberi maka dia akan menerima berlipat ganda, tetapi bukan dalam bentuk materi, kapital atau uang. Tentang ini baca baik-baik Lukas 18: 28-30, II Korintus 9: 10. Yang akan kita terima berlipat ganda adalah dalam kualitas, bukan kuantitas. Ujungnya itu hanya kebahagiaan, membuat kita lebih mampu berbuat baik lagi. Orang Kristen harus memberi dan menerima secara elegan karena Tuhan adalah sumber berkat yang luar biasa. Kita harus mencontoh Ayub. Meski harta benda dan anak anaknya habis, dia tetap mengucap syukur, dan berkata, “Tuhan yang memberi Tuhan juga yang mengambil”. Ada pula orang memberi sebagai satu wujud iman yang benar.
Contoh, janda miskin yang memberi dua peser. Dengan memberi uang itu, janda itu tidak punya uang hari itu. 
Kemudian tentang orang Samaria yang baik hati. Dia tidak tahu siapa yang dia tolong. Dia tidak peduli meskipun gara-gara menolong orang itu bisnisnya terganggu, uang, waktu, tenaga terbuang. Lalu Dorkas si pemurah. Kematiannya diratapi semua orang karena selama hidupnya selalu memberi kepada sesama.
Memberi bisa juga sebagai wujud moral yang baik. Kisah tentang seorang perwira Roma, meski kafir tetapi suka membantu membangun rumah ibadah. 

Jadi, banyak orang kafir tercatat sebagai orang baik. Karunia Tuhan selalu dekat kepada orang yang baik. Moral baik, meski tidak beriman, selangkah lagi akan bisa berubah menjadi iman. Semoga kita orang yang beriman benar sekaligus bermoral bagus. Tuhan memberi supaya kita memberi.

Jadi jangan sombong kalau bisa memberi. Sebaiknya bersyukur jika bisa memberi, sebab itu cuma kemurahan Tuhan. Orang yang kuat dalam memberi, dia belajar bergantung pada Tuhan. Makin lepas dari keterikatan pada uang, hidup makin merdeka. Ada uang, puji Tuhan, tak ada uang puji Tuhan. Orang seperti ini luar biasa, selalu happy, tidak ada yang bisa mengganggunya. Hanya satu yang bisa ganggu dia, kalau dia jatuh dan bikin dosa. Jadi sekali lagi, memberi untuk bertambah bukan berarti bertambah duitnya menjadi 20 kali lipat dan seterusnya. Jika bertambah lipat 20 sampai 30 kali lipat, itu
berbicara tentang penabur benih dan jatuh pada tanah yang subur. Dalam hal ini, bertambah artinya mengalami perubahan: yang dulu sombong jadi baik, yang dulu pelit jadi murah hati, dan sebagainya. 
(Diringkas dari kaset khotbah oleh Hans P.Tan)