Monday, August 23, 2010

Memuji Tuhan dalam Keteduhan


Memuji Tuhan dalam Keteduhan

Baca: Kejadian 41:38–45
Alkitab dalam setahun: 1 Yohanes 1–5

Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono (diambil dari Renungan Truth)
Saat penulis masih muda, sebagai seorang hamba Tuhan, sering kali penulis membandingkan diri dengan hamba Tuhan lainnya. Dan saya mendapati diri saya masih memiliki temperamen yang buruk, tidak mau mengalah, sombong, menuntut penghargaan dan lain sebagainya. Tetapi semua keadaan pribadi saya yang buruk bisa saya sembunyikan di balik kecerdasan yang saya miliki. Di depan orang, saya tampil sedemikian rupa, hingga tampak pribadi seorang hamba Tuhan yang rendah hati, mau mengalah, dan dapat menerima semua perlakuan. Namun lain di bibir, lain di hati. Bapa di Surga yang Mahatahu mengetahui keadaan saya yang sebenarnya.
Seiring perjalanan hidup saya, dalam banyak perkara yang terjadi dalam hidup saya, saya melihat dan merasakan tangan pertolongan Tuhan yang selalu menjaga saya. Tangan Sang Penjunan, tangan Sang Majikan Agung yang melatih saya dewasa melalui segala peristiwa yang terjadi. Melalui pendewasaan itu saya bisa menerima semua pengalaman yang tidak menyenangkan, dan memperbaiki diri serta tidak membanding-bandingkan diri lagi dengan orang lain.
Untuk menjadi seorang Zafnat-Paaneah—kuasa atas tanah Mesir dan wakil Firaun—Yusuf harus melalui sumur yang dalam dahulu, harus dijual dan difitnah, bahkan dipenjara. Tetapi pada akhirnya ia bisa menjadi sosok hebat penyelamat Kanaan, keluarganya, bahkan Mesir. Di situlah Yusuf bisa berkata, “Ajaiblah Engkau Tuhan, ajaib kebijaksanaan-Mu, ajaib kecerdasan-Mu”.
Suatu hari kelak, saat semua pengetahuan menjadi sempurna, di langit baru dan bumi baru, kita akan melihat cemerlangnya berlian hidup kita. Cemerlangnya permata Tuhan dalam hidup kita melalui proses yang dahsyat tersebut. Oleh sebab itu, janganlah kita memuji Tuhan hanya dengan irama musik, dengan sorak-sorai dan tarian, tetapi hendaklah kita juga memuji-Nya dengan keteduhan hati dan dengan ucapan syukur yang tulus dan mendalam.
Ironisnya, banyak orang yang menganggap bahwa pujian syukur selalu harus diekspresikan dengan sorak-sorai, tarian dan bahkan melompat-lompat. Padahal kita bisa memuji Tuhan dalam keteduhan, dalam suasana tenang tanpa hiruk pikuk alat musik sekalipun. Dengan tetesan air mata yang tak tampak di hadapan orang lain, marilah kita belajar kebenaran firman Tuhan yang menangkap hal-hal luar biasa yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita, sehingga kita bisa menerima proses pendewasaan-Nya dan memuji Tuhan karenanya.

Memuji Tuhan dengan keteduhan hati penting
untuk memahami hal-hal yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita.

No comments:

Post a Comment