Oleh : Pdt.Dr.Eastus Sabdono
diambil dari surat gembala warta Rehobot
Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan
melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat (Mat.
24:7). Ada pertanyaan yang harus kita jawab yaitu, mengapa kehadiran Tuhan
Yesus di dunia ini tidak membenahi dunia supaya lebih baik? Mengapa justru
menubuatkan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan manusia pada umumnya?
Padahal manusia menghendaki agar hidupnya bahagia dan memiliki damai sejahtera.
Harus kita pahami bahwa Tuhan tidak menghendaki seorang pun
binasa. Rasul Yohanes juga menegaskan bahwa janganlah kita mengasihi dunia dan
isinya, karena jika demikian seseorang tidak akan mengasihi Bapa (1Yoh. 2:15).
Percintaan dengan dunia berujung pada kebinasaan. Mencintai Tuhan tidak bisa
secara instan, tetapi harus dilatih melalui segala peristiwa hidup. Oleh karena
itu, Tuhan tidak tertarik membenahi dunia yang sudah rusak, tetapi Dia lebih
tertarik membenahi karakter manusia yang sudah rusak. Mengapa demikian? Karena
Ia sudah menyiapkan langit baru dan bumi yang baru, di mana orang percaya
dipersiapkan untuk mengelolanya sebagaimana Allah memberi mandat kepada Adam
ketika ia belum jatuh dalam dosa.
Memahami hal tersebut, bagaimana sikap kita seharusnya dalam
menghadapi dunia yang sukar seperti sekarang ini? Ada dua hal penting yang
harus kita pahami. Pertama, setiap orang harus berdamai dengan Tuhan, jika
seseorang sudah berdamai dengan Tuhan, sebesar apa pun kesukaran hidup yang
dialami maka tidak akan menggoyahkan cintanya kepada Tuhan. Oleh karena itu
berdamai dengan Tuhan menjadi sangat penting. Orang percaya harus memiliki
prinsip: Tuhan, Engkaulah perhentianku, Engkaulah pelabuhan terakhirku. Untuk
memiliki prinsip seperti ini, orang percaya harus berlatih terus-menerus sampai
benar-benar pada titik tidak bisa berpaling.
Kedua, Tuhan adalah pribadi yang bertanggung jawab, dengan
demikian hal itu yang Dia ajarkan kepada orang percaya. Setiap permasalahan
hidup yang terjadi dalam diri seseorang maka harus dihadapi dengan tanggung
jawab, bukan hanya dengan doa. Banyak orang salah memahami doa, doa dianggap
sebagai cara mudah untuk memperoleh jaminan penyelesaian masalah hidup.
Sejatinya doa adalah dialog dengan Tuhan agar seseorang mampu memahami pikiran
dan perasaan-Nya. Tuhan tidak berjanji menghindarkan manusia dari kesukaran,
tetapi Ia berjanji memberi kekuatan untuk menghadapi segala kesukaran. Oleh
karena itu temukan Tuhan dalam kesukaran hidup kita karena Dia-lah pribadi yang
akan kita temui di kekekalan kelak. Amin. – Solagracia -
Mencintai Tuhan tidak bisa secara instan, tetapi harus
dilatih melalui segala peristiwa hidup.
No comments:
Post a Comment