Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment
Baca: Pengkhotbah 3:1–8
Alkitab dalam setahun: 2 Tawarikh 28–31
Pengkhotbah mengingatkan bahwa
segala sesuatu ada waktunya. Tetapi sekalipun puisi ini terdengar indah, dalam
tulisan di bahasa aslinya, yang ditekankan penulisnya adalah, hidup ini
monoton, penuh rutinitas yang membosankan. Jika kita terjebak dalam rutinitas
dan membiarkannya berlalu begitu saja, kita mudah lupa bahwa perjalanan waktu
tak bisa dicegah dalam hidup ini. Jebakan rutinitas inilah yang membuat
orang meremehkan realitas perjalanan waktu, sehingga lupa bahwa dirinya adalah
makhluk kekal. Manusia disibukkan oleh rutinitas sehingga tidak
berjaga-jaga menyongsong kekekalannya.
Sesungguhnya perjalanan waktu ini
sesuatu yang pasti dan sedang berlangsung. Perjalanan waktu ini didendangkan
oleh detak jantung atau denyut nadi kita, juga diiringi oleh detak-detak jam
tangan dan jam dinding kita. Seharusnya setiap kali kita merasakan detak
jantung dan denyut nadi, kita diingatkan bahwa kita ada dalam perjalanan waktu.
Setiap kali kita mendengar detak jam kita, kita diingatkan bawa kita sedang ada
dalam pengembaraan waktu yang akan berakhir. Sebagaimana baterai jam dinding
yang akan habis suatu saat sehingga tidak akan mampu memutar jarum jam lagi,
demikian pula suatu ketika organ tubuh manusia tidak akan mampu memutar jarum
kehidupannya.
Harus diingat bahwa ini suatu hal
yang pasti. Mari sesekali kita renungkan realitas ini dengan mengunjungi
tempat-tempat masa kecil kita, Kita akan menyadari betapa cepatnya waktu ini
berlalu. Rasanya baru kemarin kita masih bermain-main di suatu tempat, sekarang
tempat itu sudah sangat jauh berubah. Ditambah lagi orang-orang yang dahulu
kita kenal, sekarang sudah tinggal batu nisan. Coba amati foto-foto kenangan waktu
kita masih kecil. Tak disangka, tiba-tiba rambut kita sudah beruban. Begitu
cepat waktu ini berlalu. Berjalan terus tanpa kompromi. Tidak ada seorang yang
dapat menghentikannya.
Perjalanan waktu itu tidak menjadi
masalah, kalau tidak ada ujungnya. Jika ada ujungnya pun tidak menjadi masalah,
kalau tidak ada pertanggungjawaban. Namun Ternyata perjalanan waktu kita ada
ujungnya, dan di ujung itu ada pertanggungjawaban. Firman Tuhan menyatakan
bahwa kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang
memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam
hidupnya ini, baik ataupun jahat (2Kor. 5:10). Maka betapa pentingnya mengisi
perjalanan hidup ini dengan bijak agar kita dapat memperoleh upah yang
sepatutnya di hadapan takhta pengadilan Kristus.
Karena
di ujung perjalanan waktu kita ada pertanggungjawaban,
mari
belajar hidup dengan bijak.