Oleh : Pdt. Dr.Erastus Sabdono
Dari : Truth Daily EnlightenmentBaca: Roma 2:6–15
Alkitab dalam setahun: Yesaya 9–12
Apakah kita menganggap hanya orang Kristen saja yang mempunyai kesalehan? Menganggap bahwa dalam kehidupan orang-orang non-Kristen tidak ada orang-orang saleh yang memiliki kualitas yang luar biasa dibanding dengan manusia kebanyakan adalah anggapan yang tidak jujur. Tentu pengertian saleh disini tidak boleh diukur dengan kesalehan standar sempurna bagi umat Perjanjian Baru.
Bila kita mengamati kesalehan Ayub, maka kita menemukan kesalehan orang non-Yahudi dan juga non-Kristen yang luar biasa. Ayub hidup pada zaman sebelum Abraham, dan ia bukan termasuk orang Yahudi umat pilihan Allah (Ayb. 1:1). Tentu masih banyak lagi orang-orang yang memiliki kesalehan seperti mereka. Demikian juga Yitro, mertua Musa. Ia orang Midian yang mengenal Allah Israel. Ia memuji Tuhan dan mempersembahkan korban bagi Allah Israel (Kel 18:12).
Mengapa ada orang non-Yahudi dan non-Kristen bisa mengenal Allah, bahkan disebut imam? Sebab Tuhan yang menulis Taurat-Nya di dalam hati mereka (Rm. 2:15). Mereka bisa menjadi orang-orang yang berprestasi moral yang baik menurut kitab yang mereka miliki, yang akan menjadi tolok ukur penghakiman bagi mereka (Why. 20:12–13). Penghakiman yang digambarkan di sini diselenggarakan tidak berdasarkan iman kepada Juruselamat, tetapi berdasarkan perbuatan (Rm. 2:6). Tentu ini berlaku bagi mereka yang tidak pernah mendengar Injil. Dalam hal ini, akan ditemukan orang-orang yang memiliki kasih kepada sesamanya dalam standar masing-masing, sesuai dengan hukum yang tertulis dalam “kitab-kitab itu”.
Siapa berani mengatakan orang sesaleh Ayub masuk neraka? Tuhan itu Mahaadil. Ia memberi peluang bagi orang-orang yang tidak pernah mendengar Injil, apakah mereka memperoleh perkenanan-Nya atau tidak. Jadi penghakiman Allah tidak hanya untuk menujukkan kesalahan atau menjatuhkan hukuman. Ia bukan Allah yang kejam. Ia akan menunjukkan keadilan-Nya bagi orang-orang yang dipuji-Nya sebagai tidak bercela, seperti Ayub (Ayb. 1:8).
Berarti kita harus menerima bahwa nanti ada banyak orang yang tidak pernah menjadi bangsa Israel, tidak pernah menjadi Kristen, dan tidak pernah dicap sebagai orang saleh menurut kacamata orang Yahudi dan orang Kristen, tetapi memasuki kehidupan yang akan datang. Merekalah orang-orang yang melalui penghakiman lalu diperkenankan masuk sebagai masyarakat dalam dunia yang akan datang di langit dan bumi yang baru. Tidak mungkin Tuhan menulis Taurat-Nya di dalam hati manusia hanya sekedar untuk pajangan dan tidak berdampak bagi manusia.
Kita harus menerima kenyataan bahwa ada orang yang memperoleh perkenanan Allah melalui penghakiman-Nya lalu memasuki kehidupan yang akan datang.