From : Truth Daily Enlightenment
Baca: 1 Tesalonika 5:18
Alkitab dalam setahun: Yesaya 36–41
Dalam suatu program interaktif di radio yang mengangkat pembicaraan mengenai kenaikan harga-harga komoditas dan tarif dasar listrik belakangan ini, seorang pendengar menelepon untuk mengatakan, “Mengucap syukur sajalah, karena itulah yang dikehendaki Tuhan. Tidak perlu protes. Saya sudah menjual mobil dan saya sekarang ke mana-mana naik angkot, tapi saya mengucap syukur. Cabai mahal, ya tidak perlu nyambal, gitu aja kok repot. Mengucap syukur saja.” Sepintas kedengarannya rohani, dan mungkin kita spontan menyahut “Amin” tatkala mendengar teman kita mengatakan hal senada.
Mengucap syukur berarti menyatakan penghargaan dan rasa terima kasih kepada Allah. Kita menyampaikannya dalam pujian dan doa dengan hati yang penuh sukacita. Tetapi perlu diingat bahwa Rasul Paulus tidak menasihati kita agar kita mengucap syukur untuk segala yang terjadi dalam hidup kita; tetapi agar kita mengucap syukur dalam segala hal. Perbedaannya terletak pada mengapa kita mengucap syukur. Saat suatu kejahatan terjadi dalam kehidupan kita, kita tidak mengucap syukur kepada-Nya untuk kejahatan tersebut, sebab kejahatan tidak berasal dari Tuhan. Saat kita jatuh ke dalam dosa, kita tidak mengucap syukur untuk dosa itu, sebab dosa tidak berasal dari Tuhan. Mana mungkin kita mengucap syukur dalam nama Yesus (Ef. 5:20) untuk sesuatu yang dibenci Tuhan?
Tetapi seharusnya kita mengucap syukur karena kita tahu Tuhan selalu beserta dengan kita di dalam keadaan yang menurut kita seburuk apa pun. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Jika kita bersalah pada-Nya, Ia bersedia mengampuni kita (1Yoh 1:9). Dan kita bersyukur bahwa jika kita mengasihi-Nya, Ia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28) dan Ia memberikan kekuatan sehingga kita bisa menanggung segala kondisi yang diizinkan-Nya (Flp. 4:13).
Jadi mengucap syukur tidak berarti menerima segala hal yang terjadi begitu saja, dan pasif, tidak mau berjuang untuk keluar dari hal tersebut. Justru sebaliknya, kualitas kita sebagai anak Tuhan akan tampak dari perjuangan kita menghadapi masalah. Harga naik? Kita harus menyikapinya dengan hidup hemat mengurangi pengeluaran, tetapi kita juga perlu berjuang untuk meningkatkan penghasilan kita. Kalau menyuarakan kesulitan dan ketidakpuasan kita kepada Pemerintah, itu tidak boleh diartikan kita kurang bersyukur. Kita bersyukur karena penyertaan Tuhan di tengah kesulitan, bukan karena Tuhan memberikan kesulitan itu. Lakukan bagian kita dengan bertanggung jawab, dan Tuhan juga melakukan bagian-Nya.
Mengucap syukur dalam segala hal tidak berarti meninggalkan tanggung jawab.