Baca: Matius 6:9–10
Alkitab dalam setahun: Lukas 4–5
Oleh : Pdt. Dr. Erastus Sabdono
From: Truth Daily Enlightenment
Tuhan Yesus mengajar agar orang percaya menyebut Allah sebagai Bapa. Tentu hal ini sangat beralasan, dan ada pelajaran rohani yang ingin diberikan-Nya melalui panggilan tersebut. Dengan memanggil Allah sebagai Bapa, Tuhan Yesus menunjukkan bahwa manusia adalah anak-anak Allah, sebab roh yang ada pada manusia adalah roh dari Allah (Kej. 2:7).
Pada waktu penciptaan, tatkala Tuhan menghembuskan nafas-Nya kepada manusia, saat itulah Ia memperanakkan makhluk yang disebut manusia itu. Tubuhnya dari tanah, tetapi isinya dari Allah. Dari hal ini kita mengerti mengapa ada filosofi menyatakan bahwa manusia adalah peletikan (bunga api) dari Allah. Di sini Allah digambarkan sebagai api besar, dan sebagian dari pijarannya menjadi manusia. Pandangan ini sesungguhnya kurang tepat, sebab manusia bukan Allah, tidak sehakikat dengan Allah dan tidak pernah akan menjadi Allah; tetapi bahwa manusia menerima sesuatu dari Allah, itu benar karena rohnya itu dari Allah.
Semua yang keluar dari Allah disebut anak-anak Allah, termasuk para malaikat yang juga memiliki roh dari Allah. Itulah sebabnya Ia disebut sebagai Bapa segala roh (Ibr. 12:9). Kata “Bapa” dalam teks ini terjemahan dari πατήρ (patér) yang juga berarti ayah dalam arti orang tua.
Tetapi kita perlu mencermati juga, bahwa sekalipun semua yang memiliki roh dari Allah adalah anak-anak Allah, Allah hanya mengakuinya selama makhluk ciptaan-Nya itu hidup di bawah penurutan kepada-Nya dan tunduk kepada kedaulatan-Nya. Begitu makhluk itu tidak lagi mau hidup di bawah kedaulatan-Nya, maka ia tidak lagi disebut anak-anak Allah.
Contohnya, dalam Kej. 6:1–4, keturunan Set disebut anak-anak Allah selama masih hidup dalam penurutan kepada-Nya, tetapi keturunan Kain disebut anak-anak manusia. Sejak terjadi kawin campur di antara keturunan Set dan keturunan Kain, Roh Allah pun undur, dan sejak itu tidak ada lagi manusia yang disebut anak-anak Allah kecuali umat Israel yang mau dituntun Taurat dan tunduk kepada-Nya.
Sejak karya keselamatan Kristus, kita dapat disebut anak-anak Allah lagi, dan sungguh-sungguh menjadi anak-anak Allah bila kita memberi diri dikembalikan kepada kualitas hidup semula sebagai manusia yang taat kepada kehendak Bapa. Bila kita mau taat kepada Allah, hidup dalam kedaulatan-Nya dan mau berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu. Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di Surga,” maka kita layak disebut anak-anak Allah.
Yang layak disebut Anak-anak Allah adalah yang mau hidup dalam kedaulatan-Nya.