Wednesday, July 10, 2013

Suara Kebenaran 35: Iman yang Memindahkan Gunung

http://www.youtube.com/embed/PZ_DtwSjclY

Suara Kebenaran 34: Puas Diri

http://www.youtube.com/embed/J6LActJXUjE

Suara Kebenaran 33: Perhitungan Upah

http://www.youtube.com/embed/mz0t5dtqsuY

Suara Kebenaran 32: Yang Terdahulu Menjadi yang Terakhir

http://www.youtube.com/embed/C4D12OUu564

Suara Kebenaran 31: Berasal dari Bapa

http://www.youtube.com/embed/CIl9w-3GFzI

Suara Kebenaran 30: Dibawa kepada Kualitas yang Tinggi

http://www.youtube.com/embed/7dJqHxbPFBY

Suara Kebenaran 29: Berharga di Mata Tuhan

http://www.youtube.com/embed/_qRK3gWNtic

Suara Kebenaran 28: Gambar dan Rupa Allah

http://www.youtube.com/embed/JHaixPfwODc

Friday, June 7, 2013

Mukjizat Terbesar

By: Wignyo Tanto

Sebenarnya mukjizat terbesar adalah ketika manusia yang tadinya tidak mengenal Kebenaran lalu mulai mengenal, belajar, lalu mengerti, sehingga terjadi perubahan pola pikir.

Perubahan pola pikir ini akan memicu perubahan-perub­ahan yang lain, perubahan gaya hidup, perubahan tingkah laku, perubahan perasaan, dan perubahan sikap terhadap hidup ini sebagai manusia ciptaan Tuhan.

Inilah yang dimaksudkan oleh Paulus dengan Metamorfousthe (μεταμορφουσθε)­ di Roma 12:2, yaitu pembaruan cara berpikir.

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:2

Wednesday, April 3, 2013

Menjadi Orang yang Diharapkan Tuhan

Oleh : Pdt.Dr. Erastus Sabdono

Diambil dari warta Rehobot.


Ciri dan ukuran seseorang mengasihi Tuhan dengan benar adalah dari dalam dirinya ada gejolak sungguh-sungguh merindukan kesempurnaan seperti yang dikehendaki oleh Allah. Ini merupakan kebutuhan yang penting dan mendesak dari segala kebutuhan. Ini berarti seseorang yang menyatakan mengasihi Tuhan harus mengejar kekudusan seperti kekudusanNya atau kesempurnaan Bapa (Mat. 5:48). Hal ini harus merupakan perjuangan yang tiada henti sampai menutup mata. Sebuah perjuangan yang tidak ringan, sebab melibatkan seluruh kehidupannya. Inilah sebenarnya kunci kehidupan yang terpenting dalam kekristenan yang harus dimiliki setiap orang yang sudah diselamatkan.
Orang-orang yang mengasihi Tuhan memiliki hati yang takut akan Tuhan. Tentu takut karena mengasihi dan menghormati Tuhan. Oleh sebab itu yang harus paling dipersoalkan dalam hidup orang percaya setiap hari adalah "apakah kita benar-benar mau tunduk kepada Tuhan". Ketertundukan disini diukur dari seberapa kita bersedia melakukan apa yang dikehendaki oleh Allah Bapa. Seseorang tidak bisa dikatakan menghormati bila tidak melakukan keinginan pribadi yang kepadanya dirinya tunduk. Dalam ketertundukan tersebut, seseorang rela melepaskan segala sesuatu demi kepentinganNya. Ia akan bersungguh-sungguh serius bergumul untuk menemukan tempat dimana ia dapat mengabdi melayani Tuhan. Ia juga akan dapat memahami apa yang dianggapnya sebagai kepentinganNya, sebab banyak kegiatan gereja yang dianggap sebagai kepentingan Tuhan, padahal kepentingan pribadi manusia.
Perlu diingatkan bahwa setiap orang diciptakan Tuhan dengan keadaan yang sangat khusus. Allah merancang dengan teliti dan memberikan kecerdasanNya yang sempurna agar kita melakukan kehendakNya. Jadi setiap orang di dalam hidupnya pasti mengandung, memuat atau memikul rencana Allah yang besar. Kalau Tuhan tidak memakai seseorang sebagai alatNya, sebab ia tidak pantas untuk itu, berarti ia menjadikan dirinya sampah abadi. Seseorang yang tidak melayani Tuhan berarti tidak tunduk kepadaNya. Melayani Tuhan bukan berarti aktif di gereja, tetapi menjadi berkat bagi orang di sekitarnya. Menjadi berkat artinya melalui hidup seorang anak Tuhan, orang lain bertumbuh dalam Tuhan dan diselamatkan. Untuk ini harus ada sesuatu yang dilakukan di bawah komandoNya. Untuk menangkap komando Tuhan, seseorang harus mengerti kebenaran Firman Tuhan agar memiliki kepekaan terhadap kehendak Allah.
Memperjuangkan rencana Allah harus dilakukan tiada henti, sampai waktu yang akan menghentikannya.

Tuesday, February 26, 2013

Cepat Bertobat dan Memperbaiki Diri

Oleh : Pdt.Dr. Erastus Sabdono

Waktu sedemikian cepatnya berlalu dan kita akan memasuki tahun yang baru lagi. Kalau kita ambil waktu sejenak dan berpikir, sesungguhnya apa yang baru? Pengkotbah berkata, "Tak ada yang baru di bawah matahari" (Pkh. 1:9). Matahari tetap terbit di timur dan terbenam di sebelah barat, bumi tetap berputar pada porosnya mengelilingi matahari dan bulan tetap mengelilingi bumi. Rutinitas semesta. Meskipun demikian, kita tetap bergerak dalam perjalanan di dimensi waktu. Waktu yang selalu baru bagi kita, dan kita dapat bergerak mundur. Dengan berubahnya angka tahun dalam kalender kita, yang baru adalah kebaruan itu sendiri. Kasih setia Tuhan selalu baru tiap pagi (Rat. 3:23), demikian pula harapan dan masalah. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia akan memakai segala kejadian untuk penyempurnaan iman kita.
Semua pengalaman hidup kita, yang menyenangkan maunpun menyakitkan, merupakan sarana pembentukan pribadi kita sekaligus pengumpulan berkat abadi berupa kekayaan dalam Kerajaan Surga. Inilah pengharapan yang bernilai kekal yang membuat hidup kita semakin bergairah dan selalu teringat akan prestasi kehidupan yang tertinggi dan termulia yang dapat diraih setiap individu yaitu kesucian hidup. Mari kita terus memperhatikan hal ini. Dunia hari ini telah membuat manusia dipenuhi oleh berbagai pengharapan terutama pada kekayaan duniawi dan segala kesenangannya sehingga gairah untuk hidup dalam kesucian telah tersingkir oleh berbagai harapan dan cita-cita fana. Dengan memiliki watak ilahi, selera hidup kita menjadi selaras dengan Tuhan. Dengan demikian kesucian hidup kita akan tampak bukan pada cara hidup kita yang kasat mata secara lahiriah, seperti patuh atau tunduk kepada hukum atau peraturan, melainkan pada kelemahlembutan dan kasih tulus yang kita pancarkan. Bagaimana kesucian hidup seseorang akan terpancar dari seluruh sikap hidupnya, seluruh gerak tubuh dan perkataannya. Seseorang tidak mudah menyembunyikan watak aslinya. Tanpa harus memperhatikan sikap hidupnya setiap hari dalam waktu yang panjang, dari beberapa gejala yang ditampilkan dalam pergaulan dan pernyataan-pernyataan mulutnya pun sudah tampak kualitas kesuciannya. Untuk mengalami pertumbuhan kesucian yang baik, kita harus memiliki kerinduan yang kuat untuk memahami semua yang dikehendaki Bapa atas hidup kita, lalu berusaha memenuhi apa yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Tidak ada yang sulit kalau sudah dilakukan dan dibiasakan. Ini akan menggerakkan kita memperhatikan langkah kita setiap detik, menit dan jam, apakah segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan kehendakNya? Mari bertobat jika berbuat salah dan memperbaikinya. Jadikan melakukan kehendak Tuhan sebagai kebiasaan, sampai kita tidak usah memaksa diri. Kiranya ini menjadi renungan untuk kita semakin lebih baik di tahun yang sesaat lagi berganti.

Wednesday, January 30, 2013

Menjadi Seorang yang Mempersiapkan Diri

Oleh : Pdt. Dr. Erastus Sabdono 

Tidak terasa kita sudah di awal tahun 2013. Kita mengakui bahwa kehidupan ini bisa berlangsung karena kehadiran Tuhan di dalamnya. Senantiasa kita diingatkan akan kehidupan yang akan datang. Kalau demi hal-hal yang tidak pasti tersebut kita bisa mempersiapkan diri sebaik-baiknya, mengapa untuk hal yang pasti kita akan alami, tidak kita persiapkan diri lebih serius? Ingatlah bahwa kuasa kegelapan berusaha membuat manusia melupakan realitas kematian ini. Berbagai filosofi hidup yang salah disuntikkan ke dalam pikiran melalui berbagai media, agar manusia tidak mempedulikan realitas tersebut. Demikianlah kenyataannya, bahwa banyak orang kini menggulirkan hari hidupnya tanpa kesadaran sama sekali bahwa hari hidupnya tersebut bisa berhenti setiap saat. Mereka bersikap seakan-akan perjalanan hidup ini akan berlangsung tiada akhir. Mereka berpikir kematian bukan bagian hidup mereka. Betapa malangnya. Kenyataan yang bisa dilihat dengan jelas, banyak orang yang hanyut dan tenggelam dengan berbagai kegiatan, kesibukan, masalah dan lain sebagainya sedang dibawa ke pembantaian abadi atau dipersiapkan menjadi sampah kekal.
Karena kematian adalah realitas yang tidak pernah diprediksi kapan terjadinya, maka persiapan harus dilakukan sejak sekarang. Ya, selalu sekarang. Untuk ini pertobatan harus dilakukan sekarang, tiap hari. Sepanjang tahun 2012, jangan-jangan kita tidak melakukan pertobatan yang serius sampai akhirnya mungkin kita tidak menyadari kesalahan/dosa yang terus menerus kita lakukan. Hari ini kita diberi kesempatan untuk mempersiapkannya kembali, berjaga-jaga dengan doa yang tak berkeputusan, suatu relasi yang dibangun dengan Tuhan. Banyak hal yang bisa diabaikan dan dianggap tidak penting. Yang tidak penting harus bisa disingkirkan, tetapi persiapan menyongsong kematian tidak boleh ditunda. Ini harus dianggap penting dan darurat. Kita harus selalu berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhir kita hidup. Besok tidak ada kesempatan lagi. Jadi setiap kali disebut hari ini, berarti kesempatan sangat berharga untuk membenahi diri. Bila kita membiasakan diri memiliki sikap seperti ini, maka barulah kita pahami dan dapat melakukan apa yang dimaksud dengan mendahulukan Kerajaan Allah dan kebenaranNya (Mat. 6:33).
Karena rahmat Allah telah melahirkan kita kembali kepada suatu hidup yang penuh harapan, selalu ada kesempatan bagi setiap orang yang mau serius mempersiapkan diri menjadikannya sebuah pengharapan yang tidak dapat cemar dan tidak dapat layu yang tersimpan di Sorga bagi kita. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia akan memakai segala kejadian untuk penyempurnaan iman kita. Semua pengalaman hidup kita, yang menyenangkan maupun menyakitkan, merupakan sarana pembentukan pribadi kita sekaligus pengumpulan berkat abadi berupa kekayaan dalam Kerajaan Sorga. Inilah pengharapan yang bernilai kekal yang membuat kita semakin bergairah. Mari selalu persiapkan diri dengan terus mengasah hati nurani kita setiap saat. Sehingga ketika hari itu tiba, kita bisa menjadi orang yang diharapkan Tuhan.

Tuhan Belum Dipuaskan

Oleh : Pdt. Dr. Erastus Sabdono

Banyak orang Kristen yang berpendapat, kalau sudah tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar moral dan rajin pergi ke gereja, berarti sudah memiliki pertobatan yang benar. Mereka juga beranggapan kalau sudah bisa mengikuti liturgi, memuji nama Tuhan dan melakukan kegiatan gereja berarti mereka sudah memuaskan hati Tuhan. Mereka juga berpikir kalau berani percaya kepada kuasa dan kebaikan Tuhan, berarti Tuhan dimuliakan dan mereka merasa sudah di pihak Tuhan. Setelah itu tidak ada lagi yang perlu digumuli secara serius kecuali mempertahankan kehidupan yang tidak bertentangan dengan moral dan rajin ke gereja. Pandangan hidup ini sejatinya masih meleset dari kebenaran. Lebih celaka lagi kalau berurusan dengan Tuhan hanya karena mau mengurusi masalah pemenuhan kebutuhan jasmani.

Sejatinya Tuhan belum merasa puas kalau hanya berpindah dari agama lain atau tidak melakukan praktek perdukunan. Seakan-akan Tuhan membutuhkan pengikut untuk menyenangkan hatiNya. Padahal langkah orang Kristen seperti itu hanya merupakan usaha memanfaatkan dan memanipulasi Allah. Mereka masih berdiri di pihaknya sendiri, bukan di pihak Tuhan. Mereka masih egois, hidup untuk dirinya sendiri, tidak mengabdi kepada Tuhan dan belum menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang harus dipatuhi secara mutlak. Sebenarnya Tuhan mereka adalah perut mereka sendiri (Flp. 3:18-21). Mereka masih berstatus sebagai musuh salib Kristus yang artinya memiliki hidup belum sepadan atau belum sesuai dengan maksud salib Tuhan diadakan. Salib diadakan agar manusia hidup sebagai warga Kerajaan Sorga yang baik, yaitu hidup dalam kehendak Tuhan. Dalam hal ini kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak bertumbuh. Kalau pikiran mereka tidak dibongkar oleh Firman Tuhan, mereka tidak akan pernah mengenali keadaan mereka yang sebenarnya belum menjadi warga Kerajaan Sorga yang baik. Mereka dikunci Iblis dalam kebodohan sehingga mereka tidak pernah menjadi anak Allah. Ingat, bahwa yang menjadi anak Allah adalah mereka yang telah ditebus dari cara hidup yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang (1 Ptr. 1:1-17). Menjadi orang baik yang bergereja belum berarti sudah ditebus dari cara hidup yang sia-sia. Cara hidup yang sia-sia adalah cara hidup yang hanya menuruti kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah. Betapa malangnya orang-orang Kristen yang merasa telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus padahal mereka menolak menjadi anak tebusan. Menjadi anak tebusan berarti bersedia hidup dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru itu adalah hidup dalam kehendak Tuhan.