Pdt. Bigman Sirait Bapak Pengasuh,
Bagaimana menyingkapi kekecewaan hidup saya. Setelah menjadi seorang Kristen, saya berpikir, hidup akan lebih bahagia, tenang, tapi kenapa sebaliknya? Usaha saya jadi tidak berkembang, hidup terasa lebih sulit. Padahal sebelum saya menjadi Kristen, usaha lancar-lancar saja. Sepertinya kekristenan tidak menjadi jaminan untuk hidup lebih baik. Bagaimana menurut Bapak? Apakah ini bagian dari proses hidup untuk lebih baik? Tapi mengapa untuk menjadi lebih baik, selalu diproses dengan yang namanya kesulitan? Apakah dengan yang enak/nyaman selalu sulit membuat orang lebih baik? Mengapa?
Charlie, Jakarta
Charlie yang dikasihi Tuhan, memahami hidup ini secara utuh bukan hal yang mudah, apalagi untuk mengerti secara tuntas apa yang menjadi rencana Allah atas hidup kita. Namun, itu bukan berarti kita tidak bisa menge-tahui sama sekali. Mari kita urai perlahan-lahan agar kita bisa meli-hat dengan jernih. Kekecewaan kamu berawal dari perubahan hi-dup yang kamu nilai tidak membaik setelah menjadi seorang Kristen. Usaha yang tadinya lancar saja, se-karang terasa tersendat. Mengapa bisa begitu? Sebuah pertanyaan yang menarik. Mari kita awali de-ngan realita, bahwa fakta hidup yang dialami tiap-tiap orang bisa jadi sangat berbeda. Ada orang yang bersaksi bahwa setelah menjadi Kristen, hidupnya bahagia, dan usaha yang tadinya tersendat-sendat kini lancar. Lalu, yang sakit menjadi sembuh, dan seterusnya. Tetapi di sisi lain, ada juga yang bersaksi bahwa meng-alami seperti yang kamu alami. Artinya, setiap orang dibentuk oleh Tuhan dalam situasi yang tidak selalu sama. Ada berbagai perbedaan, bahkan sangat mencolok, namun satu hal, semuanya sama sedang dalam pembentukan Tuhan. Jadi yang namanya proses Tuhan itu unik pada masing-masing pribadi. Ini menunjukkan kekayaan pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Yesaya 55: 8, mengatakan: “Sebab rancanganmu bukanlah rancangan-KU, dan jalanmu bukan-lah jalan-KU”. Yesaya dengan tegas mengungkapkan betapa perjala-nan hidup ini tidak selalu seperti yang kita rencanakan. Banyak angan yang terlintas di pikiran, kita buat menjadi sebuah cita-cita, lalu kita bangun harapan-harapan, bahkan seringkali berlebihan. Wak-tu berjalan, impian tidak pernah menjadi kenyataan, dan yang muncul adalah kekecewaan yang mendalam. Apalagi, dalam rangka mewujudkan harapan kita bawa dalam doa, sehingga nuansanya menjadi sangat rohani. Dapat dibayangkan betapa kecewanya kita ketika itu tidak terwujud, padahal kita sudah mendoakannya setiap hari. Nah, disini ada yang kita lupakan, yaitu bahwa ketika mem-buat rencana kita lupa mengujinya apakah hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Jadi terjadi kesalahpahaman terhadap pemeliharaan Tuhan. Kita kecewa dan menggugat, mengapa persoa-lan yang ada harus terjadi. Jadi, Charlie yang dikasihi Tuhan, pemeliharaan Tuhan sering kita salah mengerti, namun itu dapat dipahami, apalagi kita baru memu-lai. Mereka yang sudah lama meng-ikut Tuhan saja bisa salah mema-hami, dan inilah realita kehidupan rohani yang memang tidak seder-hana. Kegagalan selalu kita sesali, karena merupakan realita yang tidak kita suka. Padahal, seringkali kegagalan menjadi alat terbaik untuk pembentukan. Tapi kita me-mang seringkali tak mampu me-ngerti dengan segera, selalu ter-lambat dan sempat hanyut dalam kecewa. Kesulitan, jangan diterje-mahkan sebagai tindakan Tuhan, karena bisa jadi kesalahan diri. Namun di sisi lain Tuhan juga bisa memakainya sebagai alat pemben-tukan bagi umat-Nya. Di sisi lain, kesuksesan juga tak selalu peme-liharaan Tuhan, karena bisa saja digapai dengan usaha sendiri, dan mendatangkan penyesalan kemudian hari. Jadi, kesulitan bisa dipakai Tuhan, demikian juga kemudahan, jangan terjebak. Ingat, dalam memelihara umat, Tuhan tidak hanya memakai satu cara, tetapi banyak cara, kita tidak bisa menebaknya. Namun yang pasti, Tuhan telah berjanji bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya, akan dibuat-Nya ber-hasil pada waktunya. Kristen bukan jalan pintas, bukan pula obral janji, dan bukan sekadar agama. Tuhan telah berjanji dan menjamin kehi-dupan umat-Nya, Dia tidak akan pernah lalai dalam memelihara kita (baca: Mazmur 1:1-6). Namun jaminan Tuhan jangan melulu diterjemahkan sebagai materi, atau pemuasan keinginan diri. Jaminan Tuhan meliputi semua aspek ke-hidupan, rohani dan jasmani dalam keseimbangan yang luar biasa. Tapi perlu diingat bahwa semua berkat Tuhan hanya akan diberikan kepada mereka yang percaya dan taat kepada-Nya. Jadi Charlie yang dikasihi Tuhan, pemeliharaan Tuhan tidak pernah salah, sekalipun fenomena hidup tampaknya mengecewakan. Ingat kisah janda miskin di Alkitab. Dia seorang janda dan hidup dalam kemiskinan, namun tidak pernah merasa hidup miskin. Dia memang miskin secara angka materi, na-mun, bukankah dia sangat kaya, karena dia telah memberikan per-sembahan yang luar biasa dan dipuji oleh Tuhan Yesus. Janda miskin ini telah menjadi model bagi setiap orang percaya, betapa kesuksesan bukan sekadar tumpukan harta, tetapi kemampuan menikmati pemeliharaan Tuhan, dan mampu bertindak bahkan melebihi apa yang ada pada dirinya. Hidup janda miskin itu, pasti akan kita katakan tidak dipelihara Tuhan (faktanya dia miskin dan pasti hidup penuh kesulitan). Tapi dengan segera kita kecele, karena ternyata dia lebih kaya dari kita yang kaya secara materi. Dia memiliki hati yang mam-pu menikmati berkat Tuhan dalam setiap situasi, bahkan di ketiadaan. Semoga kita juga memilikinya. Akhirnya Charlie yang dikasihi Tuhan, percayalah Tuhan sangat mengasihi dan memelihara umat-Nya yang setia. Perhatikan, kegun-dahan hatimu bisa jadi awal proses pemahamanmu, dalam mengerti seutuhnya arti menjadi orang percaya. Selamat menjalani, Tuhan menyertai dan memberkati.
Pdt. Bigman Sirait adalah gembala sidang dari Gereja Reformasi Jemaat Anthiokia dan pengasuh dari tabloid reformata http://www.reformata.com/
Tuhan menyertai pelayanannya, Tuhan Yesus memberkati.
Bagaimana menyingkapi kekecewaan hidup saya. Setelah menjadi seorang Kristen, saya berpikir, hidup akan lebih bahagia, tenang, tapi kenapa sebaliknya? Usaha saya jadi tidak berkembang, hidup terasa lebih sulit. Padahal sebelum saya menjadi Kristen, usaha lancar-lancar saja. Sepertinya kekristenan tidak menjadi jaminan untuk hidup lebih baik. Bagaimana menurut Bapak? Apakah ini bagian dari proses hidup untuk lebih baik? Tapi mengapa untuk menjadi lebih baik, selalu diproses dengan yang namanya kesulitan? Apakah dengan yang enak/nyaman selalu sulit membuat orang lebih baik? Mengapa?
Charlie, Jakarta
Charlie yang dikasihi Tuhan, memahami hidup ini secara utuh bukan hal yang mudah, apalagi untuk mengerti secara tuntas apa yang menjadi rencana Allah atas hidup kita. Namun, itu bukan berarti kita tidak bisa menge-tahui sama sekali. Mari kita urai perlahan-lahan agar kita bisa meli-hat dengan jernih. Kekecewaan kamu berawal dari perubahan hi-dup yang kamu nilai tidak membaik setelah menjadi seorang Kristen. Usaha yang tadinya lancar saja, se-karang terasa tersendat. Mengapa bisa begitu? Sebuah pertanyaan yang menarik. Mari kita awali de-ngan realita, bahwa fakta hidup yang dialami tiap-tiap orang bisa jadi sangat berbeda. Ada orang yang bersaksi bahwa setelah menjadi Kristen, hidupnya bahagia, dan usaha yang tadinya tersendat-sendat kini lancar. Lalu, yang sakit menjadi sembuh, dan seterusnya. Tetapi di sisi lain, ada juga yang bersaksi bahwa meng-alami seperti yang kamu alami. Artinya, setiap orang dibentuk oleh Tuhan dalam situasi yang tidak selalu sama. Ada berbagai perbedaan, bahkan sangat mencolok, namun satu hal, semuanya sama sedang dalam pembentukan Tuhan. Jadi yang namanya proses Tuhan itu unik pada masing-masing pribadi. Ini menunjukkan kekayaan pemeliharaan Tuhan yang ajaib. Yesaya 55: 8, mengatakan: “Sebab rancanganmu bukanlah rancangan-KU, dan jalanmu bukan-lah jalan-KU”. Yesaya dengan tegas mengungkapkan betapa perjala-nan hidup ini tidak selalu seperti yang kita rencanakan. Banyak angan yang terlintas di pikiran, kita buat menjadi sebuah cita-cita, lalu kita bangun harapan-harapan, bahkan seringkali berlebihan. Wak-tu berjalan, impian tidak pernah menjadi kenyataan, dan yang muncul adalah kekecewaan yang mendalam. Apalagi, dalam rangka mewujudkan harapan kita bawa dalam doa, sehingga nuansanya menjadi sangat rohani. Dapat dibayangkan betapa kecewanya kita ketika itu tidak terwujud, padahal kita sudah mendoakannya setiap hari. Nah, disini ada yang kita lupakan, yaitu bahwa ketika mem-buat rencana kita lupa mengujinya apakah hal itu sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak. Jadi terjadi kesalahpahaman terhadap pemeliharaan Tuhan. Kita kecewa dan menggugat, mengapa persoa-lan yang ada harus terjadi. Jadi, Charlie yang dikasihi Tuhan, pemeliharaan Tuhan sering kita salah mengerti, namun itu dapat dipahami, apalagi kita baru memu-lai. Mereka yang sudah lama meng-ikut Tuhan saja bisa salah mema-hami, dan inilah realita kehidupan rohani yang memang tidak seder-hana. Kegagalan selalu kita sesali, karena merupakan realita yang tidak kita suka. Padahal, seringkali kegagalan menjadi alat terbaik untuk pembentukan. Tapi kita me-mang seringkali tak mampu me-ngerti dengan segera, selalu ter-lambat dan sempat hanyut dalam kecewa. Kesulitan, jangan diterje-mahkan sebagai tindakan Tuhan, karena bisa jadi kesalahan diri. Namun di sisi lain Tuhan juga bisa memakainya sebagai alat pemben-tukan bagi umat-Nya. Di sisi lain, kesuksesan juga tak selalu peme-liharaan Tuhan, karena bisa saja digapai dengan usaha sendiri, dan mendatangkan penyesalan kemudian hari. Jadi, kesulitan bisa dipakai Tuhan, demikian juga kemudahan, jangan terjebak. Ingat, dalam memelihara umat, Tuhan tidak hanya memakai satu cara, tetapi banyak cara, kita tidak bisa menebaknya. Namun yang pasti, Tuhan telah berjanji bahwa setiap orang yang percaya kepada-Nya, akan dibuat-Nya ber-hasil pada waktunya. Kristen bukan jalan pintas, bukan pula obral janji, dan bukan sekadar agama. Tuhan telah berjanji dan menjamin kehi-dupan umat-Nya, Dia tidak akan pernah lalai dalam memelihara kita (baca: Mazmur 1:1-6). Namun jaminan Tuhan jangan melulu diterjemahkan sebagai materi, atau pemuasan keinginan diri. Jaminan Tuhan meliputi semua aspek ke-hidupan, rohani dan jasmani dalam keseimbangan yang luar biasa. Tapi perlu diingat bahwa semua berkat Tuhan hanya akan diberikan kepada mereka yang percaya dan taat kepada-Nya. Jadi Charlie yang dikasihi Tuhan, pemeliharaan Tuhan tidak pernah salah, sekalipun fenomena hidup tampaknya mengecewakan. Ingat kisah janda miskin di Alkitab. Dia seorang janda dan hidup dalam kemiskinan, namun tidak pernah merasa hidup miskin. Dia memang miskin secara angka materi, na-mun, bukankah dia sangat kaya, karena dia telah memberikan per-sembahan yang luar biasa dan dipuji oleh Tuhan Yesus. Janda miskin ini telah menjadi model bagi setiap orang percaya, betapa kesuksesan bukan sekadar tumpukan harta, tetapi kemampuan menikmati pemeliharaan Tuhan, dan mampu bertindak bahkan melebihi apa yang ada pada dirinya. Hidup janda miskin itu, pasti akan kita katakan tidak dipelihara Tuhan (faktanya dia miskin dan pasti hidup penuh kesulitan). Tapi dengan segera kita kecele, karena ternyata dia lebih kaya dari kita yang kaya secara materi. Dia memiliki hati yang mam-pu menikmati berkat Tuhan dalam setiap situasi, bahkan di ketiadaan. Semoga kita juga memilikinya. Akhirnya Charlie yang dikasihi Tuhan, percayalah Tuhan sangat mengasihi dan memelihara umat-Nya yang setia. Perhatikan, kegun-dahan hatimu bisa jadi awal proses pemahamanmu, dalam mengerti seutuhnya arti menjadi orang percaya. Selamat menjalani, Tuhan menyertai dan memberkati.
Pdt. Bigman Sirait adalah gembala sidang dari Gereja Reformasi Jemaat Anthiokia dan pengasuh dari tabloid reformata http://www.reformata.com/
Tuhan menyertai pelayanannya, Tuhan Yesus memberkati.