Bunuh Diri
Oleh Pdt.Dr.Erastus Sabdono
Saat ini angka orang yang bunuh diri grafiknya semakin meningkat. Ini justru terjadi di negara-negara maju, misalnya Jepang. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri hanya karena masalah remeh. Ternyata modernisasi dan teknologi tidak mengurangi jumlah orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Ini membuktikan bahwa Tuhan dan Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh manusia, kapan saja dan di mana saja. Bila kita mencoba melihat penyebab orang yang bunuh diri, dapat ditemukan factor internal dan eksternal.
Pertama, factor internal. Kepribadian yang labil atau jiwa yang rapuh, mudah goyah oleh tekanan-tekanan yang terjadi di dalam hidupnya. Integritas orang seperti ini sangat miskin atau rendah. Orang yang berkepribadian lemah seperti ini bisa bunuh diri hanya karena masalah sepele, misalnya salah potong rambut.
Kedua, factor eksternal. Tekanan oleh karena berbagai masalah hidup yang dirasa berat. Persoalan-persoalan tersebut bisa karena masalah ekonomi, keluarga, kesehatan, ditinggal pacar, gagal masuk perguruan tinggi, gagal naik pangkat, dan sebagainya.
Dalam Alkitab kita menemukan beberapa peristiwa mengenai tokoh yang bunuh diri, antara lain Saul dan Yudas Iskariot. Saul bunuh diri karena putus asa dan kecewa tatkala kalah berperang, karena ia tidak mau mati di tangan musuhnya (1 Sam, 31:1-5). Yudas bunuh diri karena penyesalannya yang sangat dalam terhadap tindakannya yang salah (Mat 27:1-5). Mereka yang bunuh diri rata-rata sudah ditolak oleh Allah atau memberontak kepada Tuhan dan dirasuk kuasa gelap (1 Sam 16: 14-15; Yoh 13:27).
Dalam konteks kehidupan orang Kristen, jelas bunuh diri merupakan tindakan membinasakan bait Allah, suatu sikap pemberontakan terhadap Tuhan. Bunuh diri yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran akan mendatangkan hukuman atas diri orang tersebut. Pada umumnya tindakan bunuh diri adalah tindakan yang hampir pasti membawa manusia ke dalam neraka, pergumulan seseorang yang mau mati sangat misteri, sehingga tidak boleh kita menyatakan bahwa orang yang bunuh diri pasti masuk neraka. Kita tidak pernah tahu pergumulan seseorang pada detik-detik terakhir sebelum ia menghembuskan nafas. Tetapi memang hampir pasti mereka binasa dan masuk neraka.
Disisi lain harus diakui bahwa terdapat tindakan-tindakan bunuh diri yang dilakukan manusia dalam jangka panjang, baik terhadap kehidupan jasmani dengan mengabaikan kesehatannya maupun kehidupan rohaninya dengan tidak hidup dalam kebenaran Tuhan. Tindakan ini pun harus diperhitungkan sebagai bunuh diri secara “pelan-pelan”.
Seseorang yang membiarkan atau sengaja merusak peru-parunya dengan nikotin membunuh dirinya perlahan-lahan; demikian pula dengan minuman keras yang sangat merusak kesehatan tubuh.
Agar Terhindar dari Bunuh Diri
Agar kita terhindar dari praktik bunuh diri, perhatikan uraian berikut.
Pertama, bertumbuh dalam kedewasaaan rohani sehingga integritas kita kuat sebagai anak-anak Tuhan ( Ef. 4: 11-13 ). Dengan integritas yang tinggi kita akan menjadi anak Tuhan yang tahan bantingan.
Kedua, memiliki tujuan hidup yang jelas. Bila seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas maka apapun yang terjadi, ia tetap kuat (Luk. 4:5-8; Flp. 1:21).
Ketiga, menerima kenyataan bahwa dunia kita hari ini tidak akan semakin baik, sebaliknya semakin bergolak. Dunia bertambah jahat (Mat.24:12) dan juga bukan Firdaus. Dunia ialah tempat pelatihan untuk mempersiapkan manusia masuk ke dalam kehidupan yang sesungguhnya. Hati kita harus terus tertuju kepada janji Tuhan, bahwa ia akan datang kembali dan membangun kerajaan-Nya. Bila hal itu terjadi, maka berhentilah sudah segala letih dan kelelahan kita. Kita tidak dapat mengubah dunia yang makin rusak ini dengan cara bagaimanapun, tetapi yang kita nantikan adalah kedatangan Tuhan Yesus yang akan memulihkan kehidupan manusia di dalam kerajaan Allah yang datang secara fisik (Yoh. 14:1-3).
Keempat, mempercayai bahwa Allah tidak mendatangkan celaka. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita. Ia mengatur segala persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita (1Kor 10:13). Kita harus mempercayai Tuhan , bahwa persoalan yang besar dalam hidup ini merupakan proses pemurnian yang terjadi dalam hidup orang percaya di akhir zaman. Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa dunia kian jahat dan persoalan hidup semakin rumit.
Kelima, selalu menikmati damai sejahtera Allah ( Yoh. 14:27), menikmati Tuhan secara khusus dapat dikembangkan melalui Jam doa pribadi. Pada jam ini kita memuji dan menyembah Tuhan. Sangat membantu kalau seseorang berpuasa merendahkan diri dihadapan Tuhan. Di sinilah kesehatan jiwa kita terbangun.
Oleh Pdt.Dr.Erastus Sabdono
Saat ini angka orang yang bunuh diri grafiknya semakin meningkat. Ini justru terjadi di negara-negara maju, misalnya Jepang. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri hanya karena masalah remeh. Ternyata modernisasi dan teknologi tidak mengurangi jumlah orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Ini membuktikan bahwa Tuhan dan Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh manusia, kapan saja dan di mana saja. Bila kita mencoba melihat penyebab orang yang bunuh diri, dapat ditemukan factor internal dan eksternal.
Pertama, factor internal. Kepribadian yang labil atau jiwa yang rapuh, mudah goyah oleh tekanan-tekanan yang terjadi di dalam hidupnya. Integritas orang seperti ini sangat miskin atau rendah. Orang yang berkepribadian lemah seperti ini bisa bunuh diri hanya karena masalah sepele, misalnya salah potong rambut.
Kedua, factor eksternal. Tekanan oleh karena berbagai masalah hidup yang dirasa berat. Persoalan-persoalan tersebut bisa karena masalah ekonomi, keluarga, kesehatan, ditinggal pacar, gagal masuk perguruan tinggi, gagal naik pangkat, dan sebagainya.
Dalam Alkitab kita menemukan beberapa peristiwa mengenai tokoh yang bunuh diri, antara lain Saul dan Yudas Iskariot. Saul bunuh diri karena putus asa dan kecewa tatkala kalah berperang, karena ia tidak mau mati di tangan musuhnya (1 Sam, 31:1-5). Yudas bunuh diri karena penyesalannya yang sangat dalam terhadap tindakannya yang salah (Mat 27:1-5). Mereka yang bunuh diri rata-rata sudah ditolak oleh Allah atau memberontak kepada Tuhan dan dirasuk kuasa gelap (1 Sam 16: 14-15; Yoh 13:27).
Dalam konteks kehidupan orang Kristen, jelas bunuh diri merupakan tindakan membinasakan bait Allah, suatu sikap pemberontakan terhadap Tuhan. Bunuh diri yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran akan mendatangkan hukuman atas diri orang tersebut. Pada umumnya tindakan bunuh diri adalah tindakan yang hampir pasti membawa manusia ke dalam neraka, pergumulan seseorang yang mau mati sangat misteri, sehingga tidak boleh kita menyatakan bahwa orang yang bunuh diri pasti masuk neraka. Kita tidak pernah tahu pergumulan seseorang pada detik-detik terakhir sebelum ia menghembuskan nafas. Tetapi memang hampir pasti mereka binasa dan masuk neraka.
Disisi lain harus diakui bahwa terdapat tindakan-tindakan bunuh diri yang dilakukan manusia dalam jangka panjang, baik terhadap kehidupan jasmani dengan mengabaikan kesehatannya maupun kehidupan rohaninya dengan tidak hidup dalam kebenaran Tuhan. Tindakan ini pun harus diperhitungkan sebagai bunuh diri secara “pelan-pelan”.
Seseorang yang membiarkan atau sengaja merusak peru-parunya dengan nikotin membunuh dirinya perlahan-lahan; demikian pula dengan minuman keras yang sangat merusak kesehatan tubuh.
Agar Terhindar dari Bunuh Diri
Agar kita terhindar dari praktik bunuh diri, perhatikan uraian berikut.
Pertama, bertumbuh dalam kedewasaaan rohani sehingga integritas kita kuat sebagai anak-anak Tuhan ( Ef. 4: 11-13 ). Dengan integritas yang tinggi kita akan menjadi anak Tuhan yang tahan bantingan.
Kedua, memiliki tujuan hidup yang jelas. Bila seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas maka apapun yang terjadi, ia tetap kuat (Luk. 4:5-8; Flp. 1:21).
Ketiga, menerima kenyataan bahwa dunia kita hari ini tidak akan semakin baik, sebaliknya semakin bergolak. Dunia bertambah jahat (Mat.24:12) dan juga bukan Firdaus. Dunia ialah tempat pelatihan untuk mempersiapkan manusia masuk ke dalam kehidupan yang sesungguhnya. Hati kita harus terus tertuju kepada janji Tuhan, bahwa ia akan datang kembali dan membangun kerajaan-Nya. Bila hal itu terjadi, maka berhentilah sudah segala letih dan kelelahan kita. Kita tidak dapat mengubah dunia yang makin rusak ini dengan cara bagaimanapun, tetapi yang kita nantikan adalah kedatangan Tuhan Yesus yang akan memulihkan kehidupan manusia di dalam kerajaan Allah yang datang secara fisik (Yoh. 14:1-3).
Keempat, mempercayai bahwa Allah tidak mendatangkan celaka. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita. Ia mengatur segala persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita (1Kor 10:13). Kita harus mempercayai Tuhan , bahwa persoalan yang besar dalam hidup ini merupakan proses pemurnian yang terjadi dalam hidup orang percaya di akhir zaman. Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa dunia kian jahat dan persoalan hidup semakin rumit.
Kelima, selalu menikmati damai sejahtera Allah ( Yoh. 14:27), menikmati Tuhan secara khusus dapat dikembangkan melalui Jam doa pribadi. Pada jam ini kita memuji dan menyembah Tuhan. Sangat membantu kalau seseorang berpuasa merendahkan diri dihadapan Tuhan. Di sinilah kesehatan jiwa kita terbangun.