Oleh : Pdt.Dr. Erastus Sabdono
Waktu sedemikian cepatnya berlalu dan kita akan memasuki tahun yang
baru lagi. Kalau kita ambil waktu sejenak dan berpikir, sesungguhnya apa
yang baru? Pengkotbah berkata, "Tak ada yang baru di bawah matahari"
(Pkh. 1:9). Matahari tetap terbit di timur dan terbenam di sebelah
barat, bumi tetap berputar pada porosnya mengelilingi matahari dan bulan
tetap mengelilingi bumi. Rutinitas semesta. Meskipun demikian, kita
tetap bergerak dalam perjalanan di dimensi waktu. Waktu yang selalu baru
bagi kita, dan kita dapat bergerak mundur. Dengan berubahnya angka
tahun dalam kalender kita, yang baru adalah kebaruan itu sendiri. Kasih
setia Tuhan selalu baru tiap pagi (Rat. 3:23), demikian pula harapan dan
masalah. Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Ia akan memakai segala
kejadian untuk penyempurnaan iman kita.
Semua pengalaman hidup kita, yang menyenangkan maunpun menyakitkan,
merupakan sarana pembentukan pribadi kita sekaligus pengumpulan berkat
abadi berupa kekayaan dalam Kerajaan Surga. Inilah pengharapan yang
bernilai kekal yang membuat hidup kita semakin bergairah dan selalu
teringat akan prestasi kehidupan yang tertinggi dan termulia yang dapat
diraih setiap individu yaitu kesucian hidup. Mari kita terus
memperhatikan hal ini. Dunia hari ini telah membuat manusia dipenuhi
oleh berbagai pengharapan terutama pada kekayaan duniawi dan segala
kesenangannya sehingga gairah untuk hidup dalam kesucian telah
tersingkir oleh berbagai harapan dan cita-cita fana. Dengan memiliki
watak ilahi, selera hidup kita menjadi selaras dengan Tuhan. Dengan
demikian kesucian hidup kita akan tampak bukan pada cara hidup kita yang
kasat mata secara lahiriah, seperti patuh atau tunduk kepada hukum atau
peraturan, melainkan pada kelemahlembutan dan kasih tulus yang kita
pancarkan. Bagaimana kesucian hidup seseorang akan terpancar dari
seluruh sikap hidupnya, seluruh gerak tubuh dan perkataannya. Seseorang
tidak mudah menyembunyikan watak aslinya. Tanpa harus memperhatikan
sikap hidupnya setiap hari dalam waktu yang panjang, dari beberapa
gejala yang ditampilkan dalam pergaulan dan pernyataan-pernyataan
mulutnya pun sudah tampak kualitas kesuciannya. Untuk mengalami
pertumbuhan kesucian yang baik, kita harus memiliki kerinduan yang kuat
untuk memahami semua yang dikehendaki Bapa atas hidup kita, lalu
berusaha memenuhi apa yang dikehendaki Bapa untuk dilakukan. Tidak ada
yang sulit kalau sudah dilakukan dan dibiasakan. Ini akan menggerakkan
kita memperhatikan langkah kita setiap detik, menit dan jam, apakah
segala sesuatu yang kita lakukan sesuai dengan kehendakNya? Mari
bertobat jika berbuat salah dan memperbaikinya. Jadikan melakukan
kehendak Tuhan sebagai kebiasaan, sampai kita tidak usah memaksa diri.
Kiranya ini menjadi renungan untuk kita semakin lebih baik di tahun yang
sesaat lagi berganti.