Mengapa Harus Meniru?
Bacaan hari ini: Galatia 2:1-14
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 4:1
Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 1-2
Seorang rabi muda menggantikan ayahnya. Umat banyak yang protes, karena mereka sering membandingkannya dengan ayahnya, rabbi senior yang mereka hormati. Dalam pertemuan jemaat, kritik kepadanya berbunyi “Engkau tidak seperti ayahmu”. Dengan tenang rabi muda menjawab, “Kalian tahu, ayahku seorang yang tidak pernah meniru siapa pun. Kini biarkan aku menjadi diriku sendiri, tidak meniru siapa pun, termasuk meniru ayahku. Dengan begitu, bukankah aku justru mirip ayahku?”
Sebagai rasul, Paulus adalah pendatang baru. Ketokohan para senior membayanginya. Apalagi jemaat di Yerusalem masih banyak yang mencurigainya, bahkan mempertanyakan kerasulannya. Namun, Paulus tidak gentar. Ia yakin akan panggilan Tuhan baginya. Ia tahu apa tugasnya, yaitu menginjil kepada orang-orang bukan Yahudi (ayat 2,7). Ia tidak mencari popularitas. Ia tidak mencari permusuhan, malahan dengan giat membangun persekutuan (ayat 9). Namun, ia juga tidak mencari muka di depan para seniornya. Ia berpendirian teguh dan menjunjung tinggi kebenaran. Bahkan ia berani menegur Petrus (Kefas) dengan tulus (ayat 11).
Godaan untuk meniru dan menyesuaikan diri dengan harapan banyak orang sering mengusik kita. Mengapa? Karena kita ingin diterima. Kita pun sering tergoda untuk mencari muka di depan orang yang berpengaruh. Padahal mereka pun bisa salah. Hari ini kita belajar perlunya mandiri dalam bersikap, tanpa berlaku sok pintar. Teguh dalam pendirian, tanpa menjadi keras kepala. Menjadi diri sendiri, tanpa merendahkan orang lain.
TUHAN MENCIPTAKAN KITA MASING-MASING UNIK. JADI KENAPA MESTI MENIRU ORANG LAIN?
Penulis: Pipi Agus Dhali