Oikoumene dan masalah-masalah di sekitarnya (1)
Oleh: Pdt Budhiadi Henoch
PendahuluanGereja Kristen berasal dari Timur Tengah dan hadir di Indonesia sejak akhir abad XIV bersamaan dengan kedatangan bangsa-bangsa Eropa yang mencari rempah-rempah di Hindia Timur. Pada dasarnya gereja Kristen bersifat universal (meliputi umat manusia), tetapi juga partikular (bangsa dan suku bangsa). Karena itu kita mengenal gereja Kristen yang am (umum), yakni gereja yang meliputi bangsa-bangsa di dunia, di samping yang khusus misalnya Gereja Kristen Indonesia (nasional) dan gereja-gereja suku Batak, Toraja dan Minahasa. Kendati gereja-gereja suku itu pun membuka diri menerima anggota-anggotanya dari suku lain.
Dalam pengamalan kehidupan gereja, tugas gereja tak hanya mengurus urusan di sorga, sesudah orang meninggal dunia, tetapi juga mengurus urusan di dunia, selagi orang masih hidup sekarang ini. Itulah sebabnya, gereja juga terpanggil untuk ikut serta membangun bangsa, negara dan masyarakat, di mana gereja itu ditempatkan Tuhan. Keterlibatan dalam pembangunan benar-benar dinampakkan; kepedulian terhadap masalah kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan juga dinyatakan; sikap kritis terhadap masalah keadilan, pemerataan dan kesejahteraan ditampilkan, karena memang begitu seharusnya kehidupan gereja dan orang-orang Kristen yang menjadi anggotanya. Landasannya: pesan Tuhan Yesus, agar apa yang telah dilakukan-Nya dilanjutkan oleh para pengikut-Nya (Lukas 4:18-21; Yohanes 13:12-17).
Berikutnya, gereja Kristen bukan lembaga eksklusif atau isolatif, yang menutup diri dan tidak berhubungan dengan pihak-pihak lain, sebaliknya, bahwa gereja Kristen itu inklusif dan partisipatif, terhisap dan terlibat dalam menanggulangi problem-problem sosial kemasyarakatan bekerja sama dengan pihak-pihak lain, baik pemerintah, maupun kelompok-kelompok masyarakat yang lain.
Dengan memperhatikan prinsip hidup dan hakekat gereja Kristen, maka gereja Kristen adalah mitra pemerintah dan mitra kelompok-kelompok masyarakat dalam kaitan dengan hal-hal yang konstruktif.
Selanjutnya, secara khusus dan sempit hendak difokuskan perhatian kita kepada lingkungan gerejawi dan Kristiani dari gereja Kristen itu sendiri. Maksudnya siapa dan bagaimana gereja itu dan siapa dan bagaimana kelompok Kristen itu. Hal itni penting, mengingat ada begitu banyak denominasi (aliran) gereja, padahal semuanya menyatakan diri sebagai kelompok Kristen. Untuk orang Kristen sendiri sering ‘merk’ gereja yang begitu banyak amat membingungkan, apalagi untuk orang non-Kristen. Itulah sebabnya perlu ada penjelasan.
PengertianDi tengah begitu banyak gereja Kristen dengan pelbagai nama dan sejarah asal-usul, pembentukan dan berdirinya masing-masing, ternyata muncul kata ‘oikoumene’ yang menyatakan kerinduan semua gereja itu untuk mempersekutukan diri dalam semangat kerja sama dan saling membantu. Oikoumene bersal dari dua kata Yunani ‘oikos’ (rumah) dan ‘menein’ (tinggal) yang secara harafiah berarti ‘tinggal bersama dalam satu rumah’. Selanjutnya, pemahaman terhadap kata oikoumene diperluaskan meliputi seluruh dunia dan semua manusia. Sekalipun dalam arti sempit hendak mengungkapkan suasana bersekutu dan bersaudara dalam lingkungan gereja dan orang Kristen. Secara populrer dipahami di tengah jemaat-jemaat Kristen, bahwa ‘oikoumene’ adalah apabila selaku orang yang sama-sama mengakui Tuhan Yesus dan Juru selamat dapat mengusahakan kerja sama dan persekutuan anak-anak dari satu Bapa.
Banyak anggota, tetapi tubuh satuPesan dalam Alkitab sudah jelas, bahwa tubuh Kristus hanya satu saja, sedang anggota-anggotanya banyak dan semuanya dipersatukan dalam satu Tuhan, satu iman dan satu baptisan (I Korintus 12:12-27; Efesus 4:3-6). Juga Tuhan Yesus melukiskan persekutuan itu dalam perumpamaan pokok anggur yang benar dengan ranting-rantingnya (Yohanes 15:1-8); kawanan domba yang dipimpin oleh seorang Gembala yang baik yakni Tuhan Yesus sendiri (Yohanes 10:10b-14); Ia pun mendoakan, ‘supaya semuanya menjadi satu’ (Yohanes 17:21).
Dalam wujud gereja dan kesatuan-kesatuan organisasi gereja, ternyata sejarah mencatat ada begitu banyak kesatuan organisasi gereja di dunia dan di Indonesia, sehingga sering membuat orang bertanya: kenapa gereja tidak satu saja organisasinya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu menelusuri jejak-jejak sejarah gereja sejak zaman dahulu sampai zaman sekarang ini. Boleh dikatakan, bahwa gereja memang mengalami proses kehidupan yang tidak selalu mulus. Ada banyak persoalan dan pergumulan yang susul-menyusul, sehingga membentuk — berdasarkan pokok-pokok ajarannya masing-masing — adanya denominasi (aliran) gereja. Itulah yang kemudian diwariskan kepada kita yang hidup pada masa kini.
Kita bayangkan, bahwa gereja mengalami pergumulan ajaran gereja sejak tahun-tahun permulaan kehadiran gereja. Kita mengenal tokoh-tokoh seperti Augustinus, Origenes, Tertullianus, Athanasius dll., dengan kemahirannya masing-masing dalam menghayati ajaran gereja. Lalu tersusunlah Pengakuan Iman Rasuli pada sekitar abad IV Masehi. Kemudian sampailah pada Skisma (Perpecahan) Pertama pada tahun 1054 dan terbentuk gereja Yunani Katolik dan Roma Katolik dengan kekhususannya masing-masing. Pada tanggal 31 Oktober 1517 Martin Luther memulai Reformasinya dengan memasang 95 dalil di pintu gereja Wittenberg di Jerman dan muncul aliran Protestan. Lalu pada tahun 1534 hadir gereja Anglican yang tidak berangkat karena perbedaan ajaran, tetapi usaha Raja Henry VIII dalam memikirkan suksesi bagi takhtanya. Sesudah itu bermunculanlah aliran-aliran gereja baru di kalangan kaum Protestan, sehingga makin ramailah suasana kehidupan gereja Protestan dan orang lain menyebutnya sebagai ‘penyakit Protestanisme’ yakni perpecahan demi perpecahan. Maka kita mengenal aliran-aliran seperti Lutheran, Calvinis dengan Reformed dan Re-reformed (Gereformeerd)-nya, Baptis, Methodis dengan perpecahan berikutnya Bala Keselamatan, Pentakosta, Adven, Injili dll.
Sesudah hadir begitu banyak gereja dengan namanya masing-masing, maka datanglah kerinduan untuk bersekutu dalam wadah oikoumenis. Maka muncullah World Council of Churches (Dewan Gereja Se-Dunia, DGD) pada tahun 1948 di Amsterdam, negeri Belanda, sebagai wadah gereja-gereja yang bersatu. Dalam perkembangan ternyata muncul pula International Council of Churches (Dewan Gereja Internasional), yang tentu saja mengurangi makna kebersatuan semua gereja Kristen di dunia ini. Tak juga boleh dilupakan munculnya World Alliance of Refoormed Churches (WARC), Reformed Ecumenical Synod (REC), Lutheran World Federation (LWF) yang mengharubirukan suasana oikoumenis yang mendunia menjadi tersekat-sekat kembali. Dalam tingkat regional hal itu kita jumpai dalam wujud Christian Conference of Asia (CCA) dan tentu juga ada ikatan-ikatan gereja di benua-benua yang lain yang dibentuk karena alasan geografis.
Di Indonesia kita mengenal wadah oikoumenis yakni Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI, dahulu DGI atau Dewan Gereja-gereja di Indonesia), berdiri pada tanggal 25 Mei 1950. PGI meliputi sekitar 80% orang Kristen Protestan di Indonesia. Ternyata hadir pula Dewan Pentakosta Indonesia (DPI), Persekutuan Injili Indonesia (PII), Gabungan Gereja-gereja Baptis (GGB) dll, masuk semuanya pada aras nasional Indonesia. Adakah semua gereja telah masuk dalam wadah-wadah oikoumenis di tingkat nasional itu? Dalam kenyataannya tidak, ibarat 10 tak habis dibagi 3, begitulah sifat gereja dan orang Kristen, sehingga ada saja yang tercecer, tidak masuk dalam salah satu wadah tersebut.
Dengan memperhatikan data-data di atas, pahamlah kita bahwa gereja-gereja baik di tingkat internasional, nasional, regional maupun lokal berkecenderungan seperti pendulum, goyang ke kanan dan kekiri secara timbal balik. Pada saat tertentu ingin gabung dan beroikoumene, pada saat yang lain ingin sendiri-sendiri.
Kita berharap bahwa prinsip ‘banyak anggota, tetapi satu tubuh’ selalu kita jadikan pegangan untuk beroikoumene. Karena prinsip inilah yang sesungguhnya dirindukan juga oleh Tuhan Yesus yang menjadi Raja kita semua.
Note : Penulis adalah Pdt.Em.Budhiadi Henoch dari GKI Cibunut Bandung, saya post artikel ini karena tertarik untuk di pahami tentang oikumene tsb, Tuhan Yesus memberkati Pelayanan Om Henoch dan Keluarganya, Amin.