Oleh : Pdt. Dr. Erastus Sabdono
Banyak orang Kristen yang berpendapat, kalau sudah tidak melakukan
perbuatan-perbuatan yang melanggar moral dan rajin pergi ke gereja,
berarti sudah memiliki pertobatan yang benar. Mereka juga beranggapan
kalau sudah bisa mengikuti liturgi, memuji nama Tuhan dan melakukan
kegiatan gereja berarti mereka sudah memuaskan hati Tuhan. Mereka juga
berpikir kalau berani percaya kepada kuasa dan kebaikan Tuhan, berarti
Tuhan dimuliakan dan mereka merasa sudah di pihak Tuhan. Setelah itu
tidak ada lagi yang perlu digumuli secara serius kecuali mempertahankan
kehidupan yang tidak bertentangan dengan moral dan rajin ke gereja.
Pandangan hidup ini sejatinya masih meleset dari kebenaran. Lebih celaka
lagi kalau berurusan dengan Tuhan hanya karena mau mengurusi masalah
pemenuhan kebutuhan jasmani.
Sejatinya Tuhan belum merasa puas kalau hanya berpindah dari
agama lain atau tidak melakukan praktek perdukunan. Seakan-akan Tuhan
membutuhkan pengikut untuk menyenangkan hatiNya. Padahal langkah orang
Kristen seperti itu hanya merupakan usaha memanfaatkan dan memanipulasi
Allah. Mereka masih berdiri di pihaknya sendiri, bukan di pihak Tuhan.
Mereka masih egois, hidup untuk dirinya sendiri, tidak mengabdi kepada
Tuhan dan belum menjadikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang harus
dipatuhi secara mutlak. Sebenarnya Tuhan mereka adalah perut mereka
sendiri (Flp. 3:18-21). Mereka masih berstatus sebagai musuh salib
Kristus yang artinya memiliki hidup belum sepadan atau belum sesuai
dengan maksud salib Tuhan diadakan. Salib diadakan agar manusia hidup
sebagai warga Kerajaan Sorga yang baik, yaitu hidup dalam kehendak
Tuhan. Dalam hal ini kita jumpai banyak orang Kristen yang tidak
bertumbuh. Kalau pikiran mereka tidak dibongkar oleh Firman Tuhan,
mereka tidak akan pernah mengenali keadaan mereka yang sebenarnya belum
menjadi warga Kerajaan Sorga yang baik. Mereka dikunci Iblis dalam
kebodohan sehingga mereka tidak pernah menjadi anak Allah. Ingat, bahwa
yang menjadi anak Allah adalah mereka yang telah ditebus dari cara hidup
yang sia-sia yang diwarisi dari nenek moyang (1 Ptr. 1:1-17). Menjadi
orang baik yang bergereja belum berarti sudah ditebus dari cara hidup
yang sia-sia. Cara hidup yang sia-sia adalah cara hidup yang hanya
menuruti kehendaknya sendiri, bukan kehendak Allah. Betapa malangnya
orang-orang Kristen yang merasa telah ditebus oleh darah Tuhan Yesus
padahal mereka menolak menjadi anak tebusan. Menjadi anak tebusan
berarti bersedia hidup dengan cara hidup yang baru. Cara hidup yang baru
itu adalah hidup dalam kehendak Tuhan.
No comments:
Post a Comment