Diambil dari surat Gembala warta Rehobot
Setiap manusia yang hidup pasti mengharapkan kebahagiaan
dalam hidupnya. Manusia menempuh segala cara untuk mendapatkannya, seluruh
pikiran, tenaga dan waktunya dihabiskannya demi hal itu. Kebahagiaan adalah
sebuah keadaan tenteram lahir batin atau keberuntungan lahir batin (KBBI,
2015). Jika kita mau jujur, kebahagiaan secara materi banyak orang bisa
mendapatkan dengan cara apapun, tetapi bicara hal batin, hampir-hampir tidak
banyak orang yang bisa mendapatkannya. Mengapa demikian? Seorang ahli fisika
dari Perancis yang bernama Blaise Pascal (1662) berkata, “Ada ruang kosong
dalam diri manusia yang tidak dapat diisi dengan hal-hal materi, tetapi hanya
dapat diisi oleh hal yang ilahi”. Paulus memberikan penjelasan yang sangat
jelas bahwa akibat jatuh dalam dosa, semua manusia telah kehilangan kemuliaan
Allah atau karakter ilahi (Rm. 3:23). Keadaan inilah yang membuat manusia
memiliki ruang kosong itu.
Allah adalah sumber kebahagiaan artinya, Dia tidak akan
pernah kehabisan kebahagiaan itu. Seharusnya manusia mencari kebahagiaan hanya
kepada-Nya, tetapi karena dosa, manusia mencarinya bukan kepada Allah tetapi
kepada dunia. Kebahagiaan diukur dari apa yang dimiliki yaitu kekayaan,
kehormatan dan kebanggaan hidup. Manusia terus menggulirkan hidupnya kepada
kenyataan ini, tetapi mereka lupa bahwa semuanya itu akan terhenti kapan pun
dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jika keadaan itu terus dilakukan maka
seseorang tidak akan pernah memiliki hubungan yang bernilai tinggi dengan
Allah. Hubungan dengan Allah akan dimanfaatkan sebagai sarana untuk membangun
kebahagiaan di bumi ini.
Yang dimaksud dengan Tuhan kebahagiaanku adalah, keberanian
seseorang untuk hidup tanpa apa pun dan tanpa siapa pun, tetapi tidak bisa
hidup tanpa Tuhan. Sebesar apa pun kenikmatan hidup, pasti akan berakhir pada
hitungan-hitungan waktu, demikian halnya dengan kesulitan hidup, tetapi yang
terpenting adalah mampukah kita mempertahankan Tuhan sebagai satu-satunya
kebahagiaan hidup kita? Harus kita tahu bahwa suka dan duka pasti terjadi dalam
setiap kehidupan anak manusia, itu pun tidak ada yang permanen. Oleh karena itu
betapa bersyukurnya kita jika mampu memilih Tuhan sebagai satu-satunya
kebahagian hidup. Tuhan adalah sahabat abadi, betapa bijaknya jika selama kita
hidup menumpang di bumi ini terus membangun hubungan yang ideal dengan Tuhan,
karena Dia-lah Sang pemilik kekekalan. Kekecewaan kita terhadap dunia
seharusnya menjadi penyemangat untuk membuktikan bahwa Tuhanlah satu-satunya
kebahagiaanku. Amin. – Solagracia.
No comments:
Post a Comment