Pdt.Dr. Erastus Sabdono
Baca: Amsal 1:2–7
Alkitab dalam setahun: Imamat 26–27
Ada ajaran yang menyiratkan bahwa beragama tidak boleh membawa pikiran, sebab pikiran mengakibatkan seseorang tidak beriman secara benar. Kemudian konsep ini dilantunkan selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Karna konsep yang salah ini, banyak orang tiba pada kesimpulan bahwa semua yang rasional tidak boleh masuk wilayah keyakinan dan komitmen pribadi dengan Tuhan. Agama dianggap tidak akan dapat berdampingan dengan ilmu pengetahuan, bahkan bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Akibat konsep ini, hati dan pikiran banyak rohaniwan dan teolog menjadi tertutup sehingga tak sanggup melihat dengan mata terbuka dan jujur tentang perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka menganggap khotbah yang menghubungkan Alkitab dengan ilmu pengetahuan sebagai mengada-ada atau bahkan sesat. Padahal ilmu pengetahuan tidak mungkin bisa berjalan tanpa dikawal oleh kebenaran Firman Tuhan (ay. 7). Memang Alkitab bukan buku sains, tetapi Alkitab menyimpan banyak rahasia yang bertalian dengan sains, sebab yang memiliki dan mengilhami Alkitab adalah Pribadi yang menciptakan sains itu sendiri. Orang beriman yang bergerak di bidang ilmu pengetahuan akan semakin kagum melihat bukti bahwa Tuhan adalah Pribadi Mahacerdas yang menciptakan alam semesta, manusia dan juga ilmu pengetahuan.
Sementara itu banyak orang di luar gereja yang menjadi berpikir bahwa agama hanyalah untuk orang yang buta sains, dengan kata lain orang beragama adalah orang bodoh; agama adalah candu masyarakat. Ini semua akibat konsep keliru yang menyesatkan tadi. Ini diperkuat oleh kenyataan bahwa banyak orang bodoh yang memberi diri menjadi pelayan gereja, seakan-akan melayani dan mengurus jemaat Tuhan tidak perlu kecerdasan dan profesionalitas. Mereka menganggap kalau di marketplace—perdagangan, hukum, medis, TI dan berbagai profesi lainnya—dituntut kecerdasan dan profesionalisme; sedangkan untuk melayani Tuhan tidak perlu. Ditambah lagi dengan keyakinan bahwa Tuhan mengerjakan semuanya; manusia tak perlu ikut campur; cukup diam saja, berserah penuh dan menunggu mukjizat. Hasilnya adalah sikap yang tidak bertanggung jawab di dalam gereja.
Sejatinya Kekristenan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Allah yang menciptakan segala ilmu, Ia juga menginginkan kita menggunakan pikiran kita untuk kemuliaan-Nya di segala bidang. Sebagaimana kita harus profesional di pekerjaan sehari-hari, kita juga harus profesional dalam pelayanan di gereja.
Pikiran kita harus dipakai secara optimal dalam segala bidang,
termasuk dalam pelayanan di gereja.
No comments:
Post a Comment