Bukan “Aku”, tetapi “Kami”
Penulis : Pdt.Dr.Erastus Sabdono (from Truth Daily Englightenment)
Orang Kristen percaya kepada Allah Yang Maha Esa, tetapi kata “Esa” dalam kekristenan bukanlah tunggal secara matematis, melainkan satu dalam kejamakan yang unik. Dalam bahasa Ibrani kata “satu” (אחד, ekhad) bisa bermakna “kesatuan, dalam pengertian memiliki lebih dari satu unsur”. Dalam kejadian 2:24 tertulis : “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging “. Tentu “satu” dalam teks ini bukan satu dalam arti matematis. Juga dalam bahasa Yunani, kata “satu” (ula, mia) tidak selalu menyatakan jumlah yang dapat dihitung (1 Korintus 6:16-17). Karena ketritunggalan Allah merupakan cara keberadaan dan penyataan Allah dalam mengungkapkan diri-Nya, maka kebenaran ini sangat penting untuk dipahami. Menolak ketritunggalan Allah menyebabkan seseorang tidak mengenal Allah dan karya-Nya dengan benar. Dengan memahami yang diwahyukan Allah tentang Tritunggal, kita giring untuk memahami karya-Nya secara utuh dan lengkap.
Walaupun tidak dinyatakan secara eksplisit dalam Perjanjian Lama, nyata-nyata bahwa Perjanjian Lama menyiratkan adanya Tritunggal. Bukti-bukti tersebut dapat dilihat antara lain : (El) adalah sebutan Allah yang artinya “Yang Mahakuasa”. Nama (Elohim) adalah bentuk jamaknya. Bila hanya El tanpa akhiran - im, itu maknanya tunggal, tetapi Elohim itu jamak . Ternyata dalam Alkitab dapat ditemukan kurang lebih 3000 kali kata Elohim dipakai untuk menyebut “Allah” dalam Perjanjian Lama, dan lebih dari 2300 kali digunakan untuk Allah Israel.
Kata “Kita “ dalam Kejadian 1 : 26; 11:7 juga menunjukan kejamakan. Dari informasi ini maka tidak dapt dibantah bahwa kebenaran mengenai Allah Tritunggal sudah ada di kalangan orang-orang dalam agama Yahudi (Yudaisme) atau agama Musa. Agama Yahudi adalah agama monoteisme pertama sebelum Kristen dan Islam. Monoteisme artinya meyakini bahwa Allah itu Esa. Perlu diingat bahwa Alkitab mulai ditulis sekitar tahun 1440 SM, yaitu 1500 tahun sebelum agama Kristen dan sekitar 2100 tahun sebelum agama Islam ada.
Dalam Yesaya 6 : 6 ketika Tuhan berkata, “ Siapakah yang akan pergi untuk Aku?” kata “Aku” dalam bahasa aslinya sebenarnya adalah “Kami” ( lanu artinya “untuk Kami”). Dalam Alkitab versi King James diterjemahkan: “….and who will go for Us?” Pernyataan Yesaya ini lebih meneguhkan kenyataan mengenai Allah Tritunggal yang tidak dapat disangkali
No comments:
Post a Comment