Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
Diambil dari surat gembala warta Rehobot
Kalau seseorang bertumbuh dalam kecerdasan roh melalui
kebenaran Firman Tuhan, kita akan menyadari setiap kesalahan, bukan hanya yang
kelihatan secara moral tetapi hal-hal yang bertalian dengan sikap hati. Kadang
kita tidak perlu menjelaskan secara rinci dan lengkap bentuk kesalahan
tersebut. Kita hanya berkata: ”Maafkan ketidak patutanku, aku melukai hati-Mu”.
Contoh doa yang lain: “Maafkan aku belum menjadi seperti yang Engkau
kehendaki”. Tuhan sudah mengerti maksud pengakuan dan penyesalan tersebut. Seakan-akan
dan memang demikian bahwa kita sama-sama memahami kesalahan atau keadaan
tersebut. Kita juga tidak perlu mendapat pukulan atau hajaran yang tidak
produktif bagi pelayanan pekerjaan Tuhan, tetapi rasa bersalah dimana kita
kehilangan damai sejahtera sudah sangat menyiksa.
Perasaan bersalah karena melukai hati Tuhan sudah menjadi
luka kita sendiri. Itu merupakan hukuman yang sangat menyakitkan. Tentu saja
ini hanya terjadi atas mereka yang mengalami proses pendewasaan rohani yang
baik. Jika tidak, tentu saja lain ceritanya. Tidak sedikit mereka yang sudah
lama menjadi orang Kristen masih melakukan kesalahan yang mestinya hanya
dilakukan oleh orang-orang yang belum dewasa rohani atau orang-orang muda.
Biasanya orang-orang seperti ini tidak mengalami proses pendewasaan rohani yang
baik. Sehingga tidak memahami pikiran dan perasaan Tuhan. Kepada orang-orang
seperti ini Tuhan akan berkata: “Aku tidak kenal kamu”.
Sampai pada tingkat tertentu kita akan berhubungan dengan
Tuhan sebagai sesama pribadi yang dewasa. Sesama pribadi yang dewasa maksudnya
bukan Tuhan yang bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa tetapi kita yang mulai
memahami pikiran dan perasaan Tuhan (Fil. 2:5-7; Ef. 4:13). Hal seperti ini
sebenarnya juga kita alami dalam hubungan dengan orang tua. Setelah kita dewasa
kita bisa berinteraksi dengan orang tua sebagai orang dewasa. Dalam relasi
tersebut kita sudah memahami kehendak orang tua kita dan kita bisa menyesuaikan
diri dengan kehendaknya.
Demikian pula dalam hubungan dengan Tuhan. Melalui proses
pembelajaran kebenaran Firman Tuhan dan pergaulan dengan Tuhan setiap hari kita
bisa bertumbuh dewasa dan memahami kehendak Tuhan sehingga bisa membangun
jalinan interaksi dengan Tuhan di dalam batin atau suara hati atau nurani kita.
Kesalahan-kesalahan tersembunyi yang bersifat batin dapat kita deteksi dengan
cepat dan cermat, kemudian kita meminta ampun dengan tulus dan berubah. – Solagracia -
Mengikut jejak hidup Tuhan Yesus adalah panggilan dan
tanggung jawab yang tidak boleh dihindari.
No comments:
Post a Comment