Galatia 5:22-24
Surat Paulus tentang Buah Roh :
1. Kasih
2. Sukacita
3. Damai Sejahtera
4. Kesabaran
5. Kemurahan
6. Kebaikan
7. Kesetiaan
8. Kelemahlembutan
9. Penguasaan Diri
Barang siapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan hawa nafsu dan keinginannya. Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh.
Monday, October 31, 2011
Thursday, October 20, 2011
Parákletos
Oleh : Pdt.Dr.Erastus Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment
Baca: Yohanes 14:26
Alkitab dalam setahun: Yeremia 26–29
Sebelumnya Roh Allah menyertai
manusia, tetapi kemudian Ia undur meninggalkan anak-anak Allah dalam Kej. 6:1-4
merupakan gambaran dari kehidupan anak-anak Allah hari ini yang sampai taraf
tertentu tidak lagi menerima tuntunan Tuhan. Mereka hidup dalam keinginan
daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup (1Yoh 2:15–17).
Jadi hal yang sama juga dilakukan
oleh anak-anak Allah hari ini, yang memilih untuk lebih mengasihi dunia dan
keinginan sendiri daripada mendengar suara Tuhan dan hidup menuruti kehendak
Tuhan. Alkitab menggambarkan orang-orang semacam ini dalam berbagai
perumpamaan: orang-orang yang telah menerima undangan untuk mengikuti pesta
perjamuan tetapi tidak mengenakan pakaian pesta (Mat. 22:1–14) atau lima gadis
yang bodoh (Mat. 25:1–13).
Di mata orang, belum tentu orang
yang hidup tidak sesuai kehendak Allah itu jahat. Bila mereka melakukan
pelanggaran pun, banyak di antara mereka cerdik menyembunyikan kejahatannya
dari orang lain. Tetapi mata Tuhan yang dapat menembus semua wilayah, Tuhan
tahu bahwa mereka tidak melakukan kehendak Bapa.
Kalau kita merasa termasuk kelompok
orang-orang yang tidak melakukan kehendak Bapa ini, jangan mengeraskan hati.
Masih ada kesempatan untuk bertobat, tetapi kalau kita mengeraskan hati terus,
akhirnya bisa binasa. Kabar baiknya adalah Roh Kudus yang diutus oleh Bapa
masih bersedia mendampingi kita untuk kembali menuntun kepada seluruh kebenaran
Allah.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa Roh
Kudus adalah Parákletos yang berarti “penghibur”, “pendamping” atau “penolong”.
Ialah yang mengajar kita kepada kebenaran, menghibur kita di kala kita
merasakan kesulitan untuk mengejar kehendak Allah, dan juga menolong dan
menguatkan kita supaya bersemangat dalam berjalan tetap di jalan Tuhan.
Namun pendampingan oleh Roh Kudus
ini bisa terhenti. Manakala keinginan daging seseorang sudah sangat kuat dan
dominan menguasai hidupnya, ia tidak lagi memberi tempat bagi Roh Kudus. Ia
menolak Roh Kudus, dengan kata lain menghujat-Nya. Roh Kudus pun akan
mengundurkan dirinya dari orang itu. Kalau sudah begini tak ada kemungkinan
lagi untuk bertobat. Maka sekaranglah waktunya untuk merendahkan diri, selama
Roh Kudus masih ingin menolong. Merataplah dengan tulus, mohon pengampunan.
Tuhan selalu menyediakan ruang hati-Nya menyambut mereka yang sungguh-sungguh
bertobat dan bersedia diperbarui.
Jika
kita telah melenceng dari jalan Tuhan, bertobatlah
selama
Roh Kudus masih ingin menolong.
Wednesday, October 5, 2011
Tidak Bisa Memaksa
Oleh : Pdt.Dr.Erastus
Sabdono
From : Truth Daily Enlightenment
Alkitab dalam
setahun: Yesaya 64–66
Selama ini banyak orang Kristen
berpendirian bahwa orang-orang yang tidak menjadi umat pilihan Allah—baik orang
Yahudi, umat pilihan Allah secara jasmani, dan orang Kristen, umat pilihan
Allah secara rohani—tidak bisa berbuat baik. Semua orang yang jatuh ke dalam
dosa tidak bisa berbuat baik sama sekali. Pandangan ini sangat naif dan picik,
sebab kenyataannya Ayub yang bukan orang Yahudi dan bukan orang Kristen pun
memiliki kesalehan yang lebih dari orang lain pada zamannya. Dapatkah kita
membantah pernyataan Alkitab bahwa Ayub seorang yang saleh dan jujur? Orang
saleh seperti Ayub sebagai kekasih Tuhan mustahil tidak masuk dunia yang akan
datang. Dunia yang akan datang adalah milik Tuhan yang diperuntukkan bagi semua
orang yang tertulis dalam kitab kehidupan.
Setelah manusia jatuh ke dalam dosa,
apakah Iblis memaksa mereka untuk berbuat jahat? Perhatikan kisah Kain, anak
Adam. Manakala Kain berniat menjahati adiknya, Tuhan tidak tinggal diam. Dengan
kesabaran, Ia berkata kepada Kain, “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?
Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau
tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda
engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya.”
Dari sabda Tuhan ini jelaslah bahwa
sekalipun sudah jatuh ke dalam dosa, Kain sebenarnya masih bisa menghindarkan
dirinya dari kesalahan fatal, yaitu tindakan pembunuhan. Kain masih bisa
berkuasa atas dosa dan memilih untuk melakukan apa yang baik. Namun Kain
menolak untuk mendengarkan Tuhan, dan akhirnya membunuh adiknya.
Perbuatan Kain tersebut bukan hasil
paksaan Iblis. Sebagaimana Tuhan tidak bisa memaksa Kain untuk berbuat baik,
Iblis juga tidak bisa memaksa orang untuk berbuat jahat. Semua perbuatan,
baik maupun buruk, merupakan tanggung jawab manusia itu sendiri.
Taurat yang tertulis dalam hati
manusia (Rm. 2:12–15) seharusnya menyanggupkan seseorang berbuat yang baik
menurut ukuran manusia Perjanjian Lama. Itulah sebabnya di akhir zaman nanti
ada penghakiman berdasarkan perbuatan (Why. 20:12). Ini berbeda dengan orang
percaya, yang menghadap takhta pengadilan untuk menerima apa yang pantas
diterimanya (2Kor. 5:10) berdasarkan standar pengikut Kristus, yaitu
kesempurnaan seperti Bapa (Mat. 5:48). Ini berarti setiap orang menetapkan
nasibnya sendiri dari tindakan dan pilihannya.
Baik
Tuhan maupun Iblis tidak memaksa manusia;
setiap
manusia bertanggung jawab atas tindakan dan pilihannya sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)