Baptisan yang Membingungkan
Pdt. Bigman Sirait
Reformata.com, soal baptisan, selam atau percik, dewasa atau anak-anak, memang seringkali menimbulkan perdebatan yang sesungguhnya tidak perlu. Karena semua perdebatan lebih berwarna tafsir denominasi ketimbang pesan Alkitab itu sendiri. Mari kita coba pahami pesan Alkitab tentang baptisan. Apakah ini sejak Perjanjian Lama (PL) atau baru di Perjanjian Baru (PB). Kita mulai dengan surat Paulus yang sangat jelas dalam Kolose 2:11-12, yang menghubungkan sekaligus mempararel antara sunat dalam PL dengan baptisan dalam PB.
Dalam ayat 11 Paulus menyebut sunat yang benar bukan sekadar sunat yang dilakukan manusia melainkan Kristus. Di sini jelas sekali Yesus Kristus (PB), dihubungkan dengan sunat (PL), yaitu ritual sunat yang mencucurkan darah sebagai lambang perjanjian antara manusia yang percaya dengan Allah. Ini dengan jelas dapat kita baca dalam Kejadian 17. Seluruh anak laki-laki yang ada di rumah Abraham disunat, mulai dari Abraham (99 tahun), Ismael (13 tahun), dan semua orang yang ada di rumah Abraham, apakah itu ke-luarga atau pembantu. Ini menjadi tanda keterikatan perjanjian Abraham dengan Allah, dan semua orang yang ada di rumahnya juga mendapat berkat perjanjian karena Abraham.
Namun dalam ketentuan berikutnya, anak disunat pada usia 8 hari (Kejadian 17:12). Darah yang tertumpah itu sebagai simbol perjanjian telah digenapi dalam diri Yesus, yang darah-Nya tertumpah di kayu salib. Sama seperti dalam PL, darah domba menjadi korban penebusan dosa, yang juga digenapi dalam darah Kristus. Sangat jelas, semua yang bayang-bayang dalam PL telah genap dalam PB (Ibrani 10). Itu sebab Yesus Kristus berkata: “Aku datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya” (Ma-tius 5:17). Setelah kematian Kristus di kayu salib tidak ada lagi korban domba sebagai penebus dosa. Demikian juga tidak ada lagi sunat (tertumpahnya darah) sebagai simbol perjanjian. Ganti domba korban penebus dosa, sudah jelas yaitu doa pengakuan dosa dengan hati sungguh-sungguh (1 Yohanes 1: 8-9). Lalu ganti sunat apa? Dalam Kolose, Paulus jelas mengingatkan umat, bahwa baptisan adalah ganti sunat. Baptisan adalah simbol perjanjian anugerah. Ini juga dengan jelas diungkapan oleh Petrus dalam Kisah 2:38-39. Bahwa janji Tuhan bagimu dan anak-anakmu. Apa itu karunia Roh Kudus yang dimaksud oleh Petrus, jelas jika dibaca dari ayat 1, yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus, yaitu penggenapan janji Allah. Yesus adalah Mesias yang dijanjikan dan kini digenapi, Dia adalah Raja Shaloom dan kini telah datang.
Nah, sekarang soal anak atau dewasa yang dibaptis, dengan jelas pula ada contoh di Alkitab dalam kasus penyunatan keluarga Abraham. Dikatakan, ketika Abraham disunat berumur 99 tahun, dan Ismael 13 tahun. Ishak sudah pasti mengikuti peraturan yaitu 8 hari karena lahir kemudian, demikian juga dengan Yesus sebagai anak Maria dan Yusuf (Lukas 2: 21). Artinya anak-anak dibaptis itu sejalan dengan Alkitab. Namun bukan berarti dewasa tidak bisa, tapi itu tergantung pada kondisi pengenalannya akan Tuhan. Arti-nya, jika dia anak dari keluarga beriman tentu saja sejak anak-anak. Tetapi jika dia bukan dari keluarga beriman, lalu kemudian hari menerima Yesus Kristus tentu saja pada waktu itu (berapa pun usianya).
Soal pendapat bahwa anak-anak belum mengerti apa-apa, sangat tidak sejalan dengan konsep kasih karunia. Adakah orang yang mampu mengerti perjanjian kasih karunia Allah. Dan, ini juga sama dengan mengatakan bahwa ketika Allah menuntut Abraham untuk menyunatkan anak pada usia 8 hari sebagai yang salah. Karena usia 8 hari anak-anak mengerti apa? Perlu diingat bahwa ini bukan soal intelektual, atau psikologis, si anak, tetapi soal teologis yaitu kemurahan Allah kepada umat kepunyaan-Nya. Ingat pula, bukan kita yang memilih Allah tetapi Allahlah yang berinisiatif dalam perjanjian-Nya. Jadi, jika sebuah gereja membaptis anak atau dewasa dapat mempertimbangkannya dengan baik, tapi yang pasti adalah jangan melakukan baptis ulang, karena itu sama saja mengabaikan baptisan yang dilakukan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Semua baptisan formulanya kan sama, yang berbeda adalah pemahaman gerejanya. Sudah waktunya gereja bisa memilah mana yang esensial atau tidak, sehingga tidak membingungkan umat. Dibaptis itu harus, anak atau dewasa silahkan dipikirkan matang.
Sekarang soal cara baptis. Kata “baptiso” (Yunani) dalam Alkitab memiliki beberapa arti, sebagai berikut: membersihkan (Markus 7: 4, band Bilangan 19:18); membasuh (Lukas 11: 38,1 Korintus 10:1-2); memerciki (Ibrani 9:10,19,21); mencelupkan (Matius 26: 23), yang juga berarti menenggelamkan, atau selam. Jadi kata “baptiso” memiliki beberapa arti dan dipakai dalam Alkitab. Ada seorang penulis menuliskan arti kata “baptiso” dengan mengambil sebagian dan mengabaikan yang lain, ini menjadi penggelapan arti dan kurang bijaksana. Tidak jelas apakah karena memang yang dia tahu hanya itu, sehingga tindakannya tidak sengaja, entahlah. Sementara contoh baptisan yang sering dikutip adalah ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.
Pertama harus disadari bahwa baptisan Yohanes Pembaptis berbeda dengan baptisan dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Yohanes Pembaptis membaptis dengan air dan sebagai bukti pertobatan (Matius 3:11), manusia berinisiatif. Sementara Yesus dengan kuasa Roh Kudus (tidak kelihatan, dan akan menjadi kelihatan dalam kehidupan yang benar yaitu buah Roh, (Galatia 5:22-23), dengan ritual baptisan yaitu air. Yohanes tidak membaptis dalam formula Allah Tritunggal. Sementara dalam praktek cara pembaptisan tidak jelas di sana. Dalam Matius 4:16; kata Yesus keluar dari air, sama sekali tidak menunjukkan cara, dalam bahasa Yunani memakai kata depan apo yang artinya sangat jelas, yaitu keluar dari sebuah tempat air (sungai) bukan dari air (tenggelam). Begitu pula dalam kasus sida-sida Ethiopia (Kisah 8: 38-39), tidak menunjukkan cara, karena ada yang berkata mereka keluar dari air. Jika memang begitu berarti Filipus juga telah ikut tenggelam bersama-sama.
Jadi tak satu pun kasus pembaptisan di Alkitab yang mengacu kepada caranya. Bagi saya ini mengagumkan karena menjadi ujian bagi kedewasaan umat dalam beriman. Dan sekaligus tuntutan yang tinggi untuk memahami pesan Alkitab itu sendiri, dan bukan sekadar mewarisi perbedaan di waktu lampau. Jika Anda ingin selam atau percik silahkan saja. Karena dibaptis bukan soal cara, melainkan iman kepada Allah Tri-tunggal itu, dan keterikatan kepada perjanjian kasih karunia. Hanya saja baptisan ulang jangan dipraktekkan oleh gereja sebagai tubuh Kristus. Berbahagialah anak orang beriman, karena janji itu bukan hanya untuk orang tua mereka saja melainkan juga anak-anaknya. Dan kepada setiap orang tua, ajarkanlah kepada anak-anak-mu yang sudah terikat pada perjanjian Allah, berulangkali, kapan dan di mana pun, tentang kebenaran Firman Tuhan (Ulangan 6: 4-9).
Monday, January 25, 2010
Take Me Out, Lord
Take Me Out, Lord
Bacaan : Matius 25:1-13
Alkitab Setahun : Kejadian 27-29
Diambil dari : Renungan Harian Truth Januari 2010
Para peserta realty show di salah satu stasiun tv nasional yang masih menyalakan lampunya berlomba memberikan jawaban yang sesuai dengan kehendak seorang lawan jenis yang sedang berdiri melontarkan pertayaan kepada mereka. Setiap mereka tentunya ingin dipilih oleh si lawan jenis ini, namun si penanya hanya boleh memilih satu orang saja yang paling sesuai dengan keinginan hatinya untuk menjadi pasangannya. Sebisa-bisanya peserta merangkai kalimat menjawab pertayaan si lawan jenis agar ia terpilih dan dibawa keluar dari arena realty show tersebut. Yang terpikir hanya bagaimana agar jawaban itu disukai si penanya bagaimana agar terpilih.
Di hadapan manusia, memang kita bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginan si penanya agar kita dipandang berkenan. Kita bisa tampil palsu, munafik, dan bahkan bisa berbohong. Namun tidaklah demikian ketika kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus kelak. Dihadapan- Nya kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan yang kita lakukan selama kita hidup (Rm.14:12). Apa yang kita tabur hari ini akan menjadi sesuatu yang harus kita tuai suatu hari, dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus terus bergumul dalam hidup ini, tetap mengerjakan keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita, terus mencari kehendak Tuhan dalam hidup kita, dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Sebagian orang tidak mau tahu dan tidak peduli akan hari penghakiman tersebut, sehingga mereka hidup ceroboh seperti lima gadis yang bodoh dalam perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus, salah satu penyebabnya adalah karena nilai kebenaran Firman Tuhan telah didegradasi sehingga keselamatan itu kelihatannya gampang. Tuhan akan mempersilakan kita masuk dalam kemuliaan abadi bukan karena jawaban kita yang menyenangkan hati Tuhan saat itu, namun lewat iman kita kepada-Nya, yang dibuktikan dengan perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Apa pun yang kita lakukan selama hidup akan berdampak pada kekekalan. Karena itu marilah kita memperthatikan bagaimana cara kita hidup: jangan seperti orang bodoh, namun kita harus berusaha mengerti dan melakukan kehendak Tuhan (Ef.5:17)
Suatu hari kelak kita dapat berseru, “Take me out, Lord,” bukan karena jawaban kita yang munafik, namun Tuhan melihat bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Dia dan beriman pada-Nya selama hidup di dunia ini.
Berjaga-jagalah dengan melakukan kehendak-Nya, sebab hari penghakiman akan segera datang.
Bacaan : Matius 25:1-13
Alkitab Setahun : Kejadian 27-29
Diambil dari : Renungan Harian Truth Januari 2010
Para peserta realty show di salah satu stasiun tv nasional yang masih menyalakan lampunya berlomba memberikan jawaban yang sesuai dengan kehendak seorang lawan jenis yang sedang berdiri melontarkan pertayaan kepada mereka. Setiap mereka tentunya ingin dipilih oleh si lawan jenis ini, namun si penanya hanya boleh memilih satu orang saja yang paling sesuai dengan keinginan hatinya untuk menjadi pasangannya. Sebisa-bisanya peserta merangkai kalimat menjawab pertayaan si lawan jenis agar ia terpilih dan dibawa keluar dari arena realty show tersebut. Yang terpikir hanya bagaimana agar jawaban itu disukai si penanya bagaimana agar terpilih.
Di hadapan manusia, memang kita bisa memberikan jawaban yang sesuai dengan keinginan si penanya agar kita dipandang berkenan. Kita bisa tampil palsu, munafik, dan bahkan bisa berbohong. Namun tidaklah demikian ketika kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan Yesus kelak. Dihadapan- Nya kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan yang kita lakukan selama kita hidup (Rm.14:12). Apa yang kita tabur hari ini akan menjadi sesuatu yang harus kita tuai suatu hari, dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus terus bergumul dalam hidup ini, tetap mengerjakan keselamatan yang Tuhan sudah berikan kepada kita, terus mencari kehendak Tuhan dalam hidup kita, dan melakukan kehendak-Nya dalam hidup kita sehari-hari.
Sebagian orang tidak mau tahu dan tidak peduli akan hari penghakiman tersebut, sehingga mereka hidup ceroboh seperti lima gadis yang bodoh dalam perumpamaan yang diberikan Tuhan Yesus, salah satu penyebabnya adalah karena nilai kebenaran Firman Tuhan telah didegradasi sehingga keselamatan itu kelihatannya gampang. Tuhan akan mempersilakan kita masuk dalam kemuliaan abadi bukan karena jawaban kita yang menyenangkan hati Tuhan saat itu, namun lewat iman kita kepada-Nya, yang dibuktikan dengan perbuatan kita selama kita hidup di dunia ini. Apa pun yang kita lakukan selama hidup akan berdampak pada kekekalan. Karena itu marilah kita memperthatikan bagaimana cara kita hidup: jangan seperti orang bodoh, namun kita harus berusaha mengerti dan melakukan kehendak Tuhan (Ef.5:17)
Suatu hari kelak kita dapat berseru, “Take me out, Lord,” bukan karena jawaban kita yang munafik, namun Tuhan melihat bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi Dia dan beriman pada-Nya selama hidup di dunia ini.
Berjaga-jagalah dengan melakukan kehendak-Nya, sebab hari penghakiman akan segera datang.
Wednesday, January 13, 2010
Lewat Batas
Lewat Batas
Bacaan hari ini: 1 Samuel 2:12-17
Ayat mas hari ini: Amsal 4:23
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 33-35; Matius 10:1-20
Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah!
Kitab 1 Samuel 2 menceritakan betapa keterlaluan sikap kedua anak Eli. Mereka disebut “orang dursila” (ayat 12) karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Belum lagi sempat dimasak, daging korban sudah diminta (ayat 13,14). Bahkan mereka berani memintanya dengan paksa dari tangan umat (ayat 15,16). Sikap keduanya mengejutkan umat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas salah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah.
Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Penangkalnya cuma satu: menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Kita perlu sering introspeksi. Bercermin pada firman Tuhan. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Tidak menganggap dosa itu lumrah.
KETIKA DOSA SUDAH DIANGGAP LUMRAH, KITA KEHILANGAN RASA BERSALAH
Penulis: Juswantori Ichwan
Bacaan hari ini: 1 Samuel 2:12-17
Ayat mas hari ini: Amsal 4:23
Bacaan Alkitab Setahun: Kejadian 33-35; Matius 10:1-20
Seorang pekerja asing mengaku kaget waktu pertama kali datang ke Jakarta. Ia melihat banyak iklan rokok bertebaran di bandara maupun jalan-jalan raya. Padahal, di hampir 170 negara di dunia, pemasangan iklan rokok dilarang di ruang publik, untuk mencegah orang menjadi pecandu rokok. Kita, di Indonesia, sudah sangat terbiasa melihat iklan rokok, sehingga tidak lagi merasa itu salah. Apa yang di mata dunia salah, sudah kita anggap lumrah!
Kitab 1 Samuel 2 menceritakan betapa keterlaluan sikap kedua anak Eli. Mereka disebut “orang dursila” (ayat 12) karena kelancangan yang kelewat batas. Perilaku dursila ini tidak terbentuk dalam semalam. Mula-mula mereka “hanya” mengambil sebagian daging korban yang sedang dimasak umat untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Padahal menurut aturan, daging baru boleh diambil sesudah selesai dipersembahkan. Saat itu Imam Eli tidak tegas menegur. Karena dibiarkan, lama-kelamaan keduanya makin nekat. Belum lagi sempat dimasak, daging korban sudah diminta (ayat 13,14). Bahkan mereka berani memintanya dengan paksa dari tangan umat (ayat 15,16). Sikap keduanya mengejutkan umat. Perbuatan anak-anak imam ini sudah jelas salah, tetapi keduanya menganggap itu lumrah.
Dosa yang dibiarkan bisa membutakan hati nurani. Membuat kita berani melakukannya terang-terangan tanpa rasa bersalah lagi. Penangkalnya cuma satu: menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Kita perlu sering introspeksi. Bercermin pada firman Tuhan. Dari situ kita akan disadarkan jika ada yang tidak beres. Tidak menganggap dosa itu lumrah.
KETIKA DOSA SUDAH DIANGGAP LUMRAH, KITA KEHILANGAN RASA BERSALAH
Penulis: Juswantori Ichwan
Monday, January 11, 2010
2012
2012
artikel diambil dari : Truth Daily Enlightenment
Gema akhir zaman semakin santer setelah film berjudul 2012 yang di sutradarai oleh Roland Emmerich dan didistribusikan oleh Columbia Pictures ditayangkan di bioskop-bioskop. Dari perspektif financial, film itu terbilang sangat sukses, sebab dengan modal sekitar US$ 200 juta, film ini meraup US$ 235 juta hanya dalam satu akhir minggu ketika film tersebut dibuka pertama kali, jika ingin membuktikan bahwa topik ini memang sedang heboh, cobalah cari “2012” di Google dan ada 260 juta link yang ditemukan “2012 apocalypse” (kiamat) ada 2.3 juta link.
Banyak isu yang layak dipikirkan ketika menonton film ini dengan pikiran yang positif dan diterangi kebenaran Injil. Misalnya apa yang akan dilakukan pemerintah-pemerintah di planet ini untuk menyelamatkan 6 milyar rakyatnya? Mengapa akhirnya mereka tidak banyak berbuat apa-apa, selain berkonspirasi untuk mencari selamat sendiri? Kalau melihat keadaan dunia hari ini seperti pemanasan global dan polusi yang makin parah, populasi manusia yang tumbuh tidak terbendung, ditambah dengan abainya para politisi terhadap kesejahteraan rakyat, maka film ini sebaiknya mengundang kita berkontemplasi, apakah kita akan meneruskan cara hidup seperti manusia pada umumnya yaitu mengejar pemuasan kebutuhan duniawi belaka, atau memilih untuk menuruti firman Tuhan untuk menjaga hati kita agar tidak sarat dengan pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi seperti yang diingatkan dalam Luk.21:34, sebab buat orang-orang yang tidak waspada, hari kedatangan Tuhan akan menjadi sesuatu yang tiba-tiba dan menakutkan. Artinya kalau kita mau berjaga-jaga, kita akan terus di dalam pengertian baru mengenai apa yang harus kita lakukan di bumi yang sudah tua ini. Bila Tuhan benar-benar datang tahun 2012 ataupun mungkin malah 2010, kita seharusnya sudah siap.
Tuhan Yesus sudah mengungkapkan tanda-tandanya. Bukankah sekarang ini Firman-Nya sudah tergenapi? Sudah begitu banyak orang datang menggunakan nama Tuhan dan mengaku diri Tuhan. Kita terkejut bahwa kita kini tidak lagi terkejut mendengar berita peperangan dan pemberontakan, dan terbiasa mendengar berita tentang gempa bumi yang dahsyat, kelaparan dan tanda zaman lainnya. Menarik untuk kita cermati bahwa Tuhan menjelaskan bahwa kita akan dibenci semua orang karena nama-Nya. Memang wajar bahwa kekristenan itu beresiko bagi kita sementara masih di dunia ini. Jika sekarang kita masih diberi kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum kedatangan Tuhan, teruslah melangkah di dalam Kristus yang tidak akan meninggalkan kita.
Berjaga-jagalah sehingga kita senantiasa siap menghadapi hari Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)