Rasa Bersalah Palsu
Bacaan hari ini: 2 Korintus 7:1-10
Ayat mas hari ini: 2 Korintus 7:10
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 7-9
Sudah setahun Anton selingkuh dengan teman kantornya. Akhirnya ketahuan juga oleh istri dan teman-teman gereja. Pendeta datang membesuk dan menegurnya. Anton mengaku bersalah. Ia menyesal, tetapi tak rela meninggalkan kekasihnya. “Kasihan,” katanya, “Ia belum menikah. Ke mana ia harus pergi? Saya yang berbuat, kini saya harus bertanggung jawab. Jika saya mencampakkannya, saya akan dikejar rasa bersalah!” Anton lupa, dengan mempertahankan hubungan gelap itu, justru ia bersalah lebih besar terhadap istri dan anak-anaknya.
Rasa bersalah tak selalu mendorong orang bertobat. Menurut Rasul Paulus, ada rasa bersalah sejati, ada juga yang palsu. Rasa bersalah sejati adalah “dukacita menurut kehendak Allah”. Datangnya dari teguran ilahi. Jemaat Korintus pernah menerima surat teguran yang keras dari Paulus, karena mereka membiarkan guru-guru palsu mengacaukan jemaat. Teguran ini membuat mereka menyesal, meratapi dosanya, lalu bertobat (ayat 8,9). Tidaklah demikian dengan rasa bersalah palsu; “dukacita yang dari dunia.” Di sini sang pelaku meratapi akibat dosanya, bukan dosa itu sendiri. Anton bersedih karena perbuatannya ketahuan. Ia berduka karena tak rela meninggalkan selingkuhannya, bukan karena menyadari dosanya pada Tuhan dan keluarga. Rasa bersalah palsu membuatnya berusaha menutupi dosa, bahkan meneruskannya karena “sudah kepalang tanggung”.
Ketika Anda ditegur karena berbuat dosa, bagaimana reaksi Anda? Mengakuinya atau berusaha menutupi? Rasa bersalah seperti apa yang muncul? Mintalah Tuhan memberi Anda rasa bersalah sejati.
RASA BERSALAH YANG TIDAK DIIKUTI DENGAN PERTOBATAN, BUKAN RASA BERSALAH YANG DARI TUHAN
Penulis: Juswantori Ichwan
No comments:
Post a Comment