Semuanya atau Tidak Sama Sekali
“Apakah sebenarnya persepuluhan itu? apakah orang Kristen masih terikat dengan perintah persepuluhan? Bolehkah persepuluhan diberikan kepada hamba-hamba Tuhan di daerah, bukan di gereja saya berbakti? Bagaimana kalau saya berikan kepada orang miskin?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menunjukkan kedangkalan orang berpikir mengenai Firman Tuhan. Alkitab jelas mengatakan bahwa hidup kita adalah milik-Nya, sebab Ia telah membeli kita dengan harga yang lunas dibayar (1Kor 6:19–20). Jadi kita tidak berhak sama sekali atas kehidupan kita sendiri; semuanya adalah milik Tuhan. Bila seseorang menghayati kebenaran ini, maka ia berhenti mempersoalkan persepuluhan dan persembahan lain di dalam gereja.
Segenap hidup kita adalah milik Tuhan, maka kita tidak boleh “perhitungan” dengan Dia. Tuhan sudah memberi yang termahal yang ada pada-Nya, yaitu diri-Nya sendiri; maka apalah artinya segala sesuatu yang ada pada kita yang nilainya tidak ada apa-apanya dibanding dengan diri Tuhan Yesus Kristus sendiri yang telah dikorbankan bagi kita. Jika semua yang ada pada kita adalah milik-Nya, bagaimana bisa kita membuat perhitungan sepuluh persen, dua puluh persen, tiga puluh persen atau jumlah yang lain. Mengapa harus dihitung-hitung dalam mengembalikan kepada-Nya, seolah-olah kita masih berhak atas milik Tuhan tersebut?
Di dalam kebaktian, sering kita dengar pemimpin puji-pujian atau pemberita Firman memotivasi jemaat agar memberi lebih banyak dengan berbagai cara penyalahgunaan ayat Alkitab. Misalnya, menjanjikan bahwa kalau kita memberi banyak, maka kita akan mendapat banyak; penjelasan ini dirangkum dalam hukum tabur tuai (padahal ketika Alkitab berbicara mengenai tabur tuai pokok persoalannya mengenai perbuatan dalam daging dan perbuatan dalam roh, bukan mengenai persembahan uang). Cara lain adalah melalui intimidasi. Jemaat ditakut-takuti dengan ancaman: bila tidak memberi persepuluhan atau persembahan yang “pantas”, maka Tuhan akan menghukum dengan mengirimkan belalang pelahap, kutuk dan berbagai tulah atau hukuman yang merusak hidup ekonomi, bisnis dan pekerjaannya. Intimidasi ini bisa efektif bagi mereka yang berasal dari agama lain, yang terbiasa dengan “Tuhan model itu”, yang suka memeras milik orang lain. Tuhan kita ialah Tuhan yang tidak memaksa, Tuhan yang menghendaki umat pilihan-Nya dengan kesadarannya sendiri mengasihi-Nya. Mengenai persembahan yang dibawa kepada Tuhan karena kita mengasihi-Nya, adapun jumlahnya tergantung dorongan Roh Kudus, karena kita hanya sebagai pengelola milik Tuhan. Di sini anak-anak Tuhan harus cerdas dalam mempertimbangkan jumlahnya dan kepekaan terhadap komando Roh Kudus. (Penulis : Pdt.Dr.Erastus Sabdono)
Artikel ini diambil dari Renungan Harian TRUTH Edisi 60/Juli, Renungan Harian yang berisi pengajaran bagi umat Kristen yang ingin bertumbuh dewasa. Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut mengenai Renungan Harian dan Majalah TRUTH, hubungi (021) 68 70 7000 atau 08 7878 70 7000.
No comments:
Post a Comment