Berani Hidup
Bacaan hari ini: Filipi 1:20-26
Ayat mas hari ini: Filipi 1:21
Bacaan Alkitab Setahun: Zefanya 1-3
Seorang pemuda Palestina melilit tubuhnya dengan rangkaian bom. Keringat dingin membasahi wajahnya. Ia tahu, sebentar lagi ia akan mati. Namun, tekadnya sudah bulat: ingin membalas kejahatan musuh. Lalu dinaikinya sebuah bus umum. Ditekannya sebuah tombol. Bom itu meledak. Tubuhnya pun hancur lebur. Bagi kelompoknya, pemuda ini dipandang sebagai pahlawan, sebab ia berani mati untuk keyakinannya. Namun, ada yang jauh lebih susah dan lebih heroik daripada sekadar berani mati, yakni berani hidup. Tegar menghadapi hidup yang penuh penderitaan dengan tabah.
Rasul Paulus bukan hanya berani mati, melainkan juga berani hidup. “Bagiku hidup adalah Kristus,” katanya. Jadi, alasan terkuat untuk hidup adalah untuk melakukan perbuatan yang memuliakan Kristus: melayani jemaat, menolong sesama, serta memberitakan kasih Allah. “Mati adalah keuntungan.” Untung, sebab bisa bertemu Kristus muka dengan muka dan beristirahat dari jerih lelah di dunia. Jadi, ia berani mati, tetapi juga berani hidup. Namun, Paulus lebih memilih untuk hidup “karena kamu”. Karena ia masih ingin berbuat banyak hal demi menjadi berkat bagi sesamanya. Ia bergairah hidup karena agenda kerjanya masih penuh cita-cita mulia.
Menjadi orang yang berani mati saja tidak cukup. Kita juga harus berani hidup. Berani menjalani hari demi hari dengan penuh semangat, walaupun banyak kesulitan menghadang. Untuk itu, kita perlu memiliki visi hidup seperti Paulus. Ia hidup bagi Tuhan dan sesama, tidak sibuk untuk diri sendiri saja. Akibatnya, hidup senang, mati pun tenang.
BERIKANLAH HIDUPMU BAGI SESAMA, MAKA TIAP HARI AKAN JADI BERMAKNA
Penulis: Juswantori Ichwan
Friday, July 31, 2009
Monday, July 27, 2009
Belajar Memahami
Belajar Memahami
Bacaan hari ini: Nehemia 5:14-19
Ayat mas hari ini: Nehemia 5:18
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 61-63
Selamat atas pernikahan putramu minggu lalu,” kata Pak Badu sambil menyalami tangan Pak Indra seusai kebaktian. “Maaf, saya tidak datang ke pestamu, soalnya saya tidak diundang!” sambungnya ketus. Rupanya Pak Badu tersinggung. Pikirnya, “Kalau ia menganggapku teman baik, seharusnya aku diundang.” Ia tidak paham bahwa Pak Indra sedang didera kesulitan keuangan, sehingga hanya mampu menyelenggarakan pesta kecil untuk kerabat dekat.
Dalam relasi dengan sesama, orang biasanya menuntut diperlakukan sesuai dengan statusnya. Status istimewa sebagai suami, istri, teman baik, penguasa, atau majikan membuat kita merasa berhak menerima perlakuan khusus. Kita marah jika mereka tidak memberi apa yang menjadi hak kita. Nehemia tidak demikian! Dua belas tahun sudah ia diangkat menjadi Bupati. Sesuai statusnya, ia berhak mendapat perlakuan khusus dari rakyat. Mereka wajib membayar upeti, apalagi Nehemia memerintah dengan penuh dedikasi. Namun, Nehemia tidak pernah mengambil jatah itu. Mengapa? Karena ia memahami bahwa “pekerjaan itu sangat menekan rakyat” (ayat 18). Pembangunan tembok Yerusalem menguras tenaga dan pikiran rakyat. Semakin Nehemia belajar mengerti kesusahan mereka, semakin ia tidak mau menuntut bagiannya.
Banyak perselisihan dalam keluarga dan masyarakat terjadi karena masing-masing pihak ingin diperlakukan khusus. Kadang kala kita menuntut lebih dari apa yang orang lain bisa berikan. Andaikan saja Anda bersikap seperti Nehemia: belajar memahami orang lebih daripada menuntut, pasti relasi Anda menjadi lebih indah!
BERJUMPA DENGAN ORANG YANG TAK SUKA MENUNTUT, SERASA BERJUMPA DENGAN KRISTUS YANG LEMAH LEMBUT
Penulis: Juswantori Ichwan
Bacaan hari ini: Nehemia 5:14-19
Ayat mas hari ini: Nehemia 5:18
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 61-63
Selamat atas pernikahan putramu minggu lalu,” kata Pak Badu sambil menyalami tangan Pak Indra seusai kebaktian. “Maaf, saya tidak datang ke pestamu, soalnya saya tidak diundang!” sambungnya ketus. Rupanya Pak Badu tersinggung. Pikirnya, “Kalau ia menganggapku teman baik, seharusnya aku diundang.” Ia tidak paham bahwa Pak Indra sedang didera kesulitan keuangan, sehingga hanya mampu menyelenggarakan pesta kecil untuk kerabat dekat.
Dalam relasi dengan sesama, orang biasanya menuntut diperlakukan sesuai dengan statusnya. Status istimewa sebagai suami, istri, teman baik, penguasa, atau majikan membuat kita merasa berhak menerima perlakuan khusus. Kita marah jika mereka tidak memberi apa yang menjadi hak kita. Nehemia tidak demikian! Dua belas tahun sudah ia diangkat menjadi Bupati. Sesuai statusnya, ia berhak mendapat perlakuan khusus dari rakyat. Mereka wajib membayar upeti, apalagi Nehemia memerintah dengan penuh dedikasi. Namun, Nehemia tidak pernah mengambil jatah itu. Mengapa? Karena ia memahami bahwa “pekerjaan itu sangat menekan rakyat” (ayat 18). Pembangunan tembok Yerusalem menguras tenaga dan pikiran rakyat. Semakin Nehemia belajar mengerti kesusahan mereka, semakin ia tidak mau menuntut bagiannya.
Banyak perselisihan dalam keluarga dan masyarakat terjadi karena masing-masing pihak ingin diperlakukan khusus. Kadang kala kita menuntut lebih dari apa yang orang lain bisa berikan. Andaikan saja Anda bersikap seperti Nehemia: belajar memahami orang lebih daripada menuntut, pasti relasi Anda menjadi lebih indah!
BERJUMPA DENGAN ORANG YANG TAK SUKA MENUNTUT, SERASA BERJUMPA DENGAN KRISTUS YANG LEMAH LEMBUT
Penulis: Juswantori Ichwan
Friday, July 24, 2009
Bunuh Diri
Bunuh Diri
Oleh Pdt.Dr.Erastus Sabdono
Saat ini angka orang yang bunuh diri grafiknya semakin meningkat. Ini justru terjadi di negara-negara maju, misalnya Jepang. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri hanya karena masalah remeh. Ternyata modernisasi dan teknologi tidak mengurangi jumlah orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Ini membuktikan bahwa Tuhan dan Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh manusia, kapan saja dan di mana saja. Bila kita mencoba melihat penyebab orang yang bunuh diri, dapat ditemukan factor internal dan eksternal.
Pertama, factor internal. Kepribadian yang labil atau jiwa yang rapuh, mudah goyah oleh tekanan-tekanan yang terjadi di dalam hidupnya. Integritas orang seperti ini sangat miskin atau rendah. Orang yang berkepribadian lemah seperti ini bisa bunuh diri hanya karena masalah sepele, misalnya salah potong rambut.
Kedua, factor eksternal. Tekanan oleh karena berbagai masalah hidup yang dirasa berat. Persoalan-persoalan tersebut bisa karena masalah ekonomi, keluarga, kesehatan, ditinggal pacar, gagal masuk perguruan tinggi, gagal naik pangkat, dan sebagainya.
Dalam Alkitab kita menemukan beberapa peristiwa mengenai tokoh yang bunuh diri, antara lain Saul dan Yudas Iskariot. Saul bunuh diri karena putus asa dan kecewa tatkala kalah berperang, karena ia tidak mau mati di tangan musuhnya (1 Sam, 31:1-5). Yudas bunuh diri karena penyesalannya yang sangat dalam terhadap tindakannya yang salah (Mat 27:1-5). Mereka yang bunuh diri rata-rata sudah ditolak oleh Allah atau memberontak kepada Tuhan dan dirasuk kuasa gelap (1 Sam 16: 14-15; Yoh 13:27).
Dalam konteks kehidupan orang Kristen, jelas bunuh diri merupakan tindakan membinasakan bait Allah, suatu sikap pemberontakan terhadap Tuhan. Bunuh diri yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran akan mendatangkan hukuman atas diri orang tersebut. Pada umumnya tindakan bunuh diri adalah tindakan yang hampir pasti membawa manusia ke dalam neraka, pergumulan seseorang yang mau mati sangat misteri, sehingga tidak boleh kita menyatakan bahwa orang yang bunuh diri pasti masuk neraka. Kita tidak pernah tahu pergumulan seseorang pada detik-detik terakhir sebelum ia menghembuskan nafas. Tetapi memang hampir pasti mereka binasa dan masuk neraka.
Disisi lain harus diakui bahwa terdapat tindakan-tindakan bunuh diri yang dilakukan manusia dalam jangka panjang, baik terhadap kehidupan jasmani dengan mengabaikan kesehatannya maupun kehidupan rohaninya dengan tidak hidup dalam kebenaran Tuhan. Tindakan ini pun harus diperhitungkan sebagai bunuh diri secara “pelan-pelan”.
Seseorang yang membiarkan atau sengaja merusak peru-parunya dengan nikotin membunuh dirinya perlahan-lahan; demikian pula dengan minuman keras yang sangat merusak kesehatan tubuh.
Agar Terhindar dari Bunuh Diri
Agar kita terhindar dari praktik bunuh diri, perhatikan uraian berikut.
Pertama, bertumbuh dalam kedewasaaan rohani sehingga integritas kita kuat sebagai anak-anak Tuhan ( Ef. 4: 11-13 ). Dengan integritas yang tinggi kita akan menjadi anak Tuhan yang tahan bantingan.
Kedua, memiliki tujuan hidup yang jelas. Bila seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas maka apapun yang terjadi, ia tetap kuat (Luk. 4:5-8; Flp. 1:21).
Ketiga, menerima kenyataan bahwa dunia kita hari ini tidak akan semakin baik, sebaliknya semakin bergolak. Dunia bertambah jahat (Mat.24:12) dan juga bukan Firdaus. Dunia ialah tempat pelatihan untuk mempersiapkan manusia masuk ke dalam kehidupan yang sesungguhnya. Hati kita harus terus tertuju kepada janji Tuhan, bahwa ia akan datang kembali dan membangun kerajaan-Nya. Bila hal itu terjadi, maka berhentilah sudah segala letih dan kelelahan kita. Kita tidak dapat mengubah dunia yang makin rusak ini dengan cara bagaimanapun, tetapi yang kita nantikan adalah kedatangan Tuhan Yesus yang akan memulihkan kehidupan manusia di dalam kerajaan Allah yang datang secara fisik (Yoh. 14:1-3).
Keempat, mempercayai bahwa Allah tidak mendatangkan celaka. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita. Ia mengatur segala persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita (1Kor 10:13). Kita harus mempercayai Tuhan , bahwa persoalan yang besar dalam hidup ini merupakan proses pemurnian yang terjadi dalam hidup orang percaya di akhir zaman. Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa dunia kian jahat dan persoalan hidup semakin rumit.
Kelima, selalu menikmati damai sejahtera Allah ( Yoh. 14:27), menikmati Tuhan secara khusus dapat dikembangkan melalui Jam doa pribadi. Pada jam ini kita memuji dan menyembah Tuhan. Sangat membantu kalau seseorang berpuasa merendahkan diri dihadapan Tuhan. Di sinilah kesehatan jiwa kita terbangun.
Oleh Pdt.Dr.Erastus Sabdono
Saat ini angka orang yang bunuh diri grafiknya semakin meningkat. Ini justru terjadi di negara-negara maju, misalnya Jepang. Tidak sedikit remaja yang bunuh diri hanya karena masalah remeh. Ternyata modernisasi dan teknologi tidak mengurangi jumlah orang yang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri kehidupannya.
Ini membuktikan bahwa Tuhan dan Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh manusia, kapan saja dan di mana saja. Bila kita mencoba melihat penyebab orang yang bunuh diri, dapat ditemukan factor internal dan eksternal.
Pertama, factor internal. Kepribadian yang labil atau jiwa yang rapuh, mudah goyah oleh tekanan-tekanan yang terjadi di dalam hidupnya. Integritas orang seperti ini sangat miskin atau rendah. Orang yang berkepribadian lemah seperti ini bisa bunuh diri hanya karena masalah sepele, misalnya salah potong rambut.
Kedua, factor eksternal. Tekanan oleh karena berbagai masalah hidup yang dirasa berat. Persoalan-persoalan tersebut bisa karena masalah ekonomi, keluarga, kesehatan, ditinggal pacar, gagal masuk perguruan tinggi, gagal naik pangkat, dan sebagainya.
Dalam Alkitab kita menemukan beberapa peristiwa mengenai tokoh yang bunuh diri, antara lain Saul dan Yudas Iskariot. Saul bunuh diri karena putus asa dan kecewa tatkala kalah berperang, karena ia tidak mau mati di tangan musuhnya (1 Sam, 31:1-5). Yudas bunuh diri karena penyesalannya yang sangat dalam terhadap tindakannya yang salah (Mat 27:1-5). Mereka yang bunuh diri rata-rata sudah ditolak oleh Allah atau memberontak kepada Tuhan dan dirasuk kuasa gelap (1 Sam 16: 14-15; Yoh 13:27).
Dalam konteks kehidupan orang Kristen, jelas bunuh diri merupakan tindakan membinasakan bait Allah, suatu sikap pemberontakan terhadap Tuhan. Bunuh diri yang dilakukan dengan sengaja dan penuh kesadaran akan mendatangkan hukuman atas diri orang tersebut. Pada umumnya tindakan bunuh diri adalah tindakan yang hampir pasti membawa manusia ke dalam neraka, pergumulan seseorang yang mau mati sangat misteri, sehingga tidak boleh kita menyatakan bahwa orang yang bunuh diri pasti masuk neraka. Kita tidak pernah tahu pergumulan seseorang pada detik-detik terakhir sebelum ia menghembuskan nafas. Tetapi memang hampir pasti mereka binasa dan masuk neraka.
Disisi lain harus diakui bahwa terdapat tindakan-tindakan bunuh diri yang dilakukan manusia dalam jangka panjang, baik terhadap kehidupan jasmani dengan mengabaikan kesehatannya maupun kehidupan rohaninya dengan tidak hidup dalam kebenaran Tuhan. Tindakan ini pun harus diperhitungkan sebagai bunuh diri secara “pelan-pelan”.
Seseorang yang membiarkan atau sengaja merusak peru-parunya dengan nikotin membunuh dirinya perlahan-lahan; demikian pula dengan minuman keras yang sangat merusak kesehatan tubuh.
Agar Terhindar dari Bunuh Diri
Agar kita terhindar dari praktik bunuh diri, perhatikan uraian berikut.
Pertama, bertumbuh dalam kedewasaaan rohani sehingga integritas kita kuat sebagai anak-anak Tuhan ( Ef. 4: 11-13 ). Dengan integritas yang tinggi kita akan menjadi anak Tuhan yang tahan bantingan.
Kedua, memiliki tujuan hidup yang jelas. Bila seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas maka apapun yang terjadi, ia tetap kuat (Luk. 4:5-8; Flp. 1:21).
Ketiga, menerima kenyataan bahwa dunia kita hari ini tidak akan semakin baik, sebaliknya semakin bergolak. Dunia bertambah jahat (Mat.24:12) dan juga bukan Firdaus. Dunia ialah tempat pelatihan untuk mempersiapkan manusia masuk ke dalam kehidupan yang sesungguhnya. Hati kita harus terus tertuju kepada janji Tuhan, bahwa ia akan datang kembali dan membangun kerajaan-Nya. Bila hal itu terjadi, maka berhentilah sudah segala letih dan kelelahan kita. Kita tidak dapat mengubah dunia yang makin rusak ini dengan cara bagaimanapun, tetapi yang kita nantikan adalah kedatangan Tuhan Yesus yang akan memulihkan kehidupan manusia di dalam kerajaan Allah yang datang secara fisik (Yoh. 14:1-3).
Keempat, mempercayai bahwa Allah tidak mendatangkan celaka. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan (Rm. 8:28). Kita harus percaya bahwa Tuhan tidak akan mengizinkan persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita. Ia mengatur segala persoalan besar melampaui kekuatan kita terjadi dalam hidup kita (1Kor 10:13). Kita harus mempercayai Tuhan , bahwa persoalan yang besar dalam hidup ini merupakan proses pemurnian yang terjadi dalam hidup orang percaya di akhir zaman. Seperti yang disinggung sebelumnya, bahwa dunia kian jahat dan persoalan hidup semakin rumit.
Kelima, selalu menikmati damai sejahtera Allah ( Yoh. 14:27), menikmati Tuhan secara khusus dapat dikembangkan melalui Jam doa pribadi. Pada jam ini kita memuji dan menyembah Tuhan. Sangat membantu kalau seseorang berpuasa merendahkan diri dihadapan Tuhan. Di sinilah kesehatan jiwa kita terbangun.
Monday, July 20, 2009
Puasa Belanja
Puasa Belanja
Bacaan hari ini: Yakobus 4:1-4
Ayat mas hari ini: Matius 6:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 43-45
The Compact, sekelompok aktivis lingkungan Amerika, bertekad untuk puasa belanja selama setahun. Tidak membeli barang baru apa pun kecuali kebutuhan pokok. Hasilnya? Mereka belajar banyak. Seorang remaja berkata, “Banyak barang yang tadinya sangat kuinginkan, ternyata tidak kubutuhkan.” Seorang ibu menutup kartu kreditnya. Seorang bapak mengaku bisa lebih menghargai barang. Jika rusak, ia berusaha memperbaikinya dulu, tidak langsung membeli yang baru. Mereka menyimpulkan, perilaku konsumtif membuat kita berbelanja lebih dari yang kita butuhkan.
Waspadailah jebakan perilaku konsumtif. Iklan dan promosi terus meyakinkan kita bahwa hidup belumlah lengkap sebelum membeli produk mereka. Kita dipacu untuk menginginkan dan memperoleh semuanya. Jika dituruti terus, segala cara akan kita tempuh. Mulai dari menumpuk utang sampai bertengkar demi mendapat lebih banyak uang belanja. Doa pun bisa dipakai untuk memaksa Tuhan memenuhi daftar belanja. Yakobus menamakan ini “persahabatan dengan dunia” (ayat 4). Saat hawa nafsu dibiarkan berkuasa, kita akan iri pada mereka yang punya lebih (ayat 2). Doa pun jadi terkontaminasi dengan permintaan duniawi (ayat 3).
Apakah Anda selalu merasa apa yang Anda miliki kurang? Apakah Anda resah jika belum memiliki benda yang banyak orang telah memilikinya? Apakah belanja Anda tak seimbang dengan penghasilan? Apakah doa Anda didominasi permintaan materi? Jika jawabnya “ya”, Anda tengah berada dalam jerat perilaku konsumtif. Bebaskan diri segera. Tak ada salahnya mencoba puasa belanja!
Masalah kebanyakan orang bukanlah memiliki terlalu sedikit, melainkan berharap memiliki terlalu banyak
Penulis: Juswantori Ichwan
Bacaan hari ini: Yakobus 4:1-4
Ayat mas hari ini: Matius 6:11
Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 43-45
The Compact, sekelompok aktivis lingkungan Amerika, bertekad untuk puasa belanja selama setahun. Tidak membeli barang baru apa pun kecuali kebutuhan pokok. Hasilnya? Mereka belajar banyak. Seorang remaja berkata, “Banyak barang yang tadinya sangat kuinginkan, ternyata tidak kubutuhkan.” Seorang ibu menutup kartu kreditnya. Seorang bapak mengaku bisa lebih menghargai barang. Jika rusak, ia berusaha memperbaikinya dulu, tidak langsung membeli yang baru. Mereka menyimpulkan, perilaku konsumtif membuat kita berbelanja lebih dari yang kita butuhkan.
Waspadailah jebakan perilaku konsumtif. Iklan dan promosi terus meyakinkan kita bahwa hidup belumlah lengkap sebelum membeli produk mereka. Kita dipacu untuk menginginkan dan memperoleh semuanya. Jika dituruti terus, segala cara akan kita tempuh. Mulai dari menumpuk utang sampai bertengkar demi mendapat lebih banyak uang belanja. Doa pun bisa dipakai untuk memaksa Tuhan memenuhi daftar belanja. Yakobus menamakan ini “persahabatan dengan dunia” (ayat 4). Saat hawa nafsu dibiarkan berkuasa, kita akan iri pada mereka yang punya lebih (ayat 2). Doa pun jadi terkontaminasi dengan permintaan duniawi (ayat 3).
Apakah Anda selalu merasa apa yang Anda miliki kurang? Apakah Anda resah jika belum memiliki benda yang banyak orang telah memilikinya? Apakah belanja Anda tak seimbang dengan penghasilan? Apakah doa Anda didominasi permintaan materi? Jika jawabnya “ya”, Anda tengah berada dalam jerat perilaku konsumtif. Bebaskan diri segera. Tak ada salahnya mencoba puasa belanja!
Masalah kebanyakan orang bukanlah memiliki terlalu sedikit, melainkan berharap memiliki terlalu banyak
Penulis: Juswantori Ichwan
Sunday, July 12, 2009
Semuanya atau Tidak Sama Sekali
Semuanya atau Tidak Sama Sekali
“Apakah sebenarnya persepuluhan itu? apakah orang Kristen masih terikat dengan perintah persepuluhan? Bolehkah persepuluhan diberikan kepada hamba-hamba Tuhan di daerah, bukan di gereja saya berbakti? Bagaimana kalau saya berikan kepada orang miskin?” Pertanyaan-pertanyaan seperti ini menunjukkan kedangkalan orang berpikir mengenai Firman Tuhan. Alkitab jelas mengatakan bahwa hidup kita adalah milik-Nya, sebab Ia telah membeli kita dengan harga yang lunas dibayar (1Kor 6:19–20). Jadi kita tidak berhak sama sekali atas kehidupan kita sendiri; semuanya adalah milik Tuhan. Bila seseorang menghayati kebenaran ini, maka ia berhenti mempersoalkan persepuluhan dan persembahan lain di dalam gereja.
Segenap hidup kita adalah milik Tuhan, maka kita tidak boleh “perhitungan” dengan Dia. Tuhan sudah memberi yang termahal yang ada pada-Nya, yaitu diri-Nya sendiri; maka apalah artinya segala sesuatu yang ada pada kita yang nilainya tidak ada apa-apanya dibanding dengan diri Tuhan Yesus Kristus sendiri yang telah dikorbankan bagi kita. Jika semua yang ada pada kita adalah milik-Nya, bagaimana bisa kita membuat perhitungan sepuluh persen, dua puluh persen, tiga puluh persen atau jumlah yang lain. Mengapa harus dihitung-hitung dalam mengembalikan kepada-Nya, seolah-olah kita masih berhak atas milik Tuhan tersebut?
Di dalam kebaktian, sering kita dengar pemimpin puji-pujian atau pemberita Firman memotivasi jemaat agar memberi lebih banyak dengan berbagai cara penyalahgunaan ayat Alkitab. Misalnya, menjanjikan bahwa kalau kita memberi banyak, maka kita akan mendapat banyak; penjelasan ini dirangkum dalam hukum tabur tuai (padahal ketika Alkitab berbicara mengenai tabur tuai pokok persoalannya mengenai perbuatan dalam daging dan perbuatan dalam roh, bukan mengenai persembahan uang). Cara lain adalah melalui intimidasi. Jemaat ditakut-takuti dengan ancaman: bila tidak memberi persepuluhan atau persembahan yang “pantas”, maka Tuhan akan menghukum dengan mengirimkan belalang pelahap, kutuk dan berbagai tulah atau hukuman yang merusak hidup ekonomi, bisnis dan pekerjaannya. Intimidasi ini bisa efektif bagi mereka yang berasal dari agama lain, yang terbiasa dengan “Tuhan model itu”, yang suka memeras milik orang lain. Tuhan kita ialah Tuhan yang tidak memaksa, Tuhan yang menghendaki umat pilihan-Nya dengan kesadarannya sendiri mengasihi-Nya. Mengenai persembahan yang dibawa kepada Tuhan karena kita mengasihi-Nya, adapun jumlahnya tergantung dorongan Roh Kudus, karena kita hanya sebagai pengelola milik Tuhan. Di sini anak-anak Tuhan harus cerdas dalam mempertimbangkan jumlahnya dan kepekaan terhadap komando Roh Kudus. (Penulis : Pdt.Dr.Erastus Sabdono)
Artikel ini diambil dari Renungan Harian TRUTH Edisi 60/Juli, Renungan Harian yang berisi pengajaran bagi umat Kristen yang ingin bertumbuh dewasa. Untuk berlangganan atau informasi lebih lanjut mengenai Renungan Harian dan Majalah TRUTH, hubungi (021) 68 70 7000 atau 08 7878 70 7000.
Sunday, July 5, 2009
Nrima Ing Pandum
Nrima Ing Pandum
Bacaan hari ini: 1 Samuel 18:6-9
Ayat mas hari ini: 1 Samuel 18:9
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 11-14
Menurut sebuah survei, angka harapan hidup tertinggi di Indonesia dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 73 tahun. Artinya, rata-rata penduduk Yogyakarta hidup hingga usia 73 tahun. Beberapa ahli mencoba mencari tahu penyebabnya. Ternyata ditemukan bahwa selain rendahnya tingkat stres dan tingginya konsumsi serat melalui buah-buahan dan sayuran, juga karena budaya hidup orang Yogyakarta yang memegang falsafah nrima ing pandum, yang artinya menerima apa yang menjadi haknya, tidak serakah, apalagi berkeinginan mengambil hak orang lain.
Tidak puas dengan apa yang ada, iri hati terhadap apa yang orang lain capai, dan bernafsu memiliki apa yang bukan haknya, adalah awal kehancuran seseorang. Seperti yang terjadi pada Saul. Sebetulnya, Saul tidak kurang gagah. Ia berhasil memimpin bangsa Israel meraih kemenangan demi kemenangan dalam peperangan (1 Samuel 14:47-48). Namun sayangnya, ia kemudian iri hati terhadap keberhasilan Daud. Apalagi ketika Daud disambut dengan pujian dan tarian yang meriah (ayat 6). Saul lalu menjadi marah. “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkan beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya,” begitu ia berkata (ayat 8). Akhir dari kisah ini kita semua tahu, Saul mati di tangan bangsa Filistin (1 Samuel 31:1-13), dan Daud menjadi raja menggantikannya.
Kiranya kepada kita diberikan kemampuan untuk bisa menerima apa yang ada, bersyukur dengan yang kita punya. Dan, kita dijauhkan dari iri dengki terhadap orang lain, juga dari keinginan untuk memiliki apa yang bukan hak kita.
Resep hidup sehat: terima apa yang ada, jauhi iri dengki
Penulis: Ayub Yahya
Bacaan hari ini: 1 Samuel 18:6-9
Ayat mas hari ini: 1 Samuel 18:9
Bacaan Alkitab Setahun: Hosea 11-14
Menurut sebuah survei, angka harapan hidup tertinggi di Indonesia dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 73 tahun. Artinya, rata-rata penduduk Yogyakarta hidup hingga usia 73 tahun. Beberapa ahli mencoba mencari tahu penyebabnya. Ternyata ditemukan bahwa selain rendahnya tingkat stres dan tingginya konsumsi serat melalui buah-buahan dan sayuran, juga karena budaya hidup orang Yogyakarta yang memegang falsafah nrima ing pandum, yang artinya menerima apa yang menjadi haknya, tidak serakah, apalagi berkeinginan mengambil hak orang lain.
Tidak puas dengan apa yang ada, iri hati terhadap apa yang orang lain capai, dan bernafsu memiliki apa yang bukan haknya, adalah awal kehancuran seseorang. Seperti yang terjadi pada Saul. Sebetulnya, Saul tidak kurang gagah. Ia berhasil memimpin bangsa Israel meraih kemenangan demi kemenangan dalam peperangan (1 Samuel 14:47-48). Namun sayangnya, ia kemudian iri hati terhadap keberhasilan Daud. Apalagi ketika Daud disambut dengan pujian dan tarian yang meriah (ayat 6). Saul lalu menjadi marah. “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkan beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itupun jatuh kepadanya,” begitu ia berkata (ayat 8). Akhir dari kisah ini kita semua tahu, Saul mati di tangan bangsa Filistin (1 Samuel 31:1-13), dan Daud menjadi raja menggantikannya.
Kiranya kepada kita diberikan kemampuan untuk bisa menerima apa yang ada, bersyukur dengan yang kita punya. Dan, kita dijauhkan dari iri dengki terhadap orang lain, juga dari keinginan untuk memiliki apa yang bukan hak kita.
Resep hidup sehat: terima apa yang ada, jauhi iri dengki
Penulis: Ayub Yahya
Stop Mengeluh
Stop Mengeluh
Bacaan hari ini: Bilangan 11:1-3
Ayat mas hari ini: Filipi 4:4
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 5-7
Dalam sebuah khotbahnya pada bulan Juli 2006, Pdt. Will Bowen dari Gereja One Community Spiritual Center, Kansas City, Amerika, menyerukan gerakan berhenti mengeluh. Ia lantas membagikan gelang karet berwarna ungu kepada setiap anggota jemaatnya. Aturan mainnya sederhana, gelang itu harus dipakai terus-menerus selama 21 hari di salah satu pergelangan tangan, bisa kanan atau kiri. Dan selama itu tidak boleh mengeluh. Jika hal tersebut dilanggar, maka gelang itu harus dipindahkan ke pergelangan tangan yang lain dan jumlah hari dihitung kembali lagi dari awal. Saat ini, gelang karet itu telah tersebar sebanyak enam juta buah di seluruh dunia. Banyak orang telah merasakan perubahan positif karena menjalankan program berhenti mengeluh ini, khususnya dalam berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Rupanya manusia memang cenderung lebih mudah mengeluh atau bersungut-sungut daripada bersyukur; lebih mudah melihat hal-hal yang kurang daripada hal-hal baik dalam hidupnya. Seperti sikap umat Israel. Kasih dan pemeliharaan Tuhan kepada mereka selama berada di padang gurun begitu jelas—mulai dari mengirimkan tiang awan dan tiang api untuk menuntun mereka, sampai mengirimkan burung puyuh dan manna untuk makanan mereka—tetapi tetap saja mereka suka mengeluh.
Sikap suka mengeluh ini tidak ada gunanya. Dan Tuhan juga tidak senang. Karenanya harus dilawan; jangan dituruti, apalagi dijadikan kebiasaan. Caranya, fokuskan pikiran pada hal-hal yang baik dalam hidup ini, dan berusahalah untuk selalu berkata positif.
MENGELUH DAN BERSYUKUR ITU SOAL PILIHAN PILIHLAH UNTUK SELALU BERSYUKUR
Penulis: Ayub Yahya (renungan harian)
Bacaan hari ini: Bilangan 11:1-3
Ayat mas hari ini: Filipi 4:4
Bacaan Alkitab Setahun: Amos 5-7
Dalam sebuah khotbahnya pada bulan Juli 2006, Pdt. Will Bowen dari Gereja One Community Spiritual Center, Kansas City, Amerika, menyerukan gerakan berhenti mengeluh. Ia lantas membagikan gelang karet berwarna ungu kepada setiap anggota jemaatnya. Aturan mainnya sederhana, gelang itu harus dipakai terus-menerus selama 21 hari di salah satu pergelangan tangan, bisa kanan atau kiri. Dan selama itu tidak boleh mengeluh. Jika hal tersebut dilanggar, maka gelang itu harus dipindahkan ke pergelangan tangan yang lain dan jumlah hari dihitung kembali lagi dari awal. Saat ini, gelang karet itu telah tersebar sebanyak enam juta buah di seluruh dunia. Banyak orang telah merasakan perubahan positif karena menjalankan program berhenti mengeluh ini, khususnya dalam berelasi dan bekerja sama dengan orang lain.
Rupanya manusia memang cenderung lebih mudah mengeluh atau bersungut-sungut daripada bersyukur; lebih mudah melihat hal-hal yang kurang daripada hal-hal baik dalam hidupnya. Seperti sikap umat Israel. Kasih dan pemeliharaan Tuhan kepada mereka selama berada di padang gurun begitu jelas—mulai dari mengirimkan tiang awan dan tiang api untuk menuntun mereka, sampai mengirimkan burung puyuh dan manna untuk makanan mereka—tetapi tetap saja mereka suka mengeluh.
Sikap suka mengeluh ini tidak ada gunanya. Dan Tuhan juga tidak senang. Karenanya harus dilawan; jangan dituruti, apalagi dijadikan kebiasaan. Caranya, fokuskan pikiran pada hal-hal yang baik dalam hidup ini, dan berusahalah untuk selalu berkata positif.
MENGELUH DAN BERSYUKUR ITU SOAL PILIHAN PILIHLAH UNTUK SELALU BERSYUKUR
Penulis: Ayub Yahya (renungan harian)
Prioritas
Tentukan Prioritasmu!
Pada suatu hari, seorang penjaga mercusuar dipercayakan segalon minyak untuk keperluan selama seminggu. Minyak ini ditujukan untuk menjaga supaya lampu mercusuar tetap menyala dan kapal-kapal yang lewat tidak terhempas karang.
Pada esok harinya, lewat seorang nenek tua yang memohon minta sedikit persediaan minyak si penjaga ini untuk memenuhi kebutuhan memasaknya hari itu. Si penjaga ini memberikan sedikit minyak itu. Esok malamnya ada seorang anak kecil yang menangis karena lampu penuntun jalannya mati kehabisan minyak. Si penjaga ini melihat hal tersebut dengan iba dan akhirnya memberikan sedikit minyak untuk membuat anak kecil ini bisa pulang dengan selamat.
Mendekati akhir minggu itu, si penjaga juga melihat ada orang yang membutuhkan minyak untuk keperluannya, karena si penjaga ini menganggap “ Apa salahnya sih menolong orang?”, maka setiap kali ada yang meminta tolong pasti ia Bantu.
Pada hari sebelumnya akhir minggu itu, malam harinya si penjaga melihat ada kapal yang melintas dan mambutuh tuntunan dari mercusuar. Ia segera bersiap menyalakan lampunya dan mengarahkan kapal tersebut. Namun ketika ia mendapati persediaan minyaknya telah habis dan pada malam itu juga terjadi tabrakan kapal dengan karang.
Beberapa orang tewas dalam kejadian itu.
Dalam hidup ini, banyak hal yang terlihat baik dan perlu untuk kita kerjakan. Tapi pada dasarnya, hanya ada beberapa hal utama yang Tuhan ingin untuk kita lakukan supaya kita memenuhi rencanaNya dalam hidup kita.
PRIORITAS adalah memikirkan segala sesuatu berdasarkan urutan kepentingan dan melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan kepentingan. Selamat menentukan prioritas!
(artikel diambil dari warta Rehobot Ministry)
Pada suatu hari, seorang penjaga mercusuar dipercayakan segalon minyak untuk keperluan selama seminggu. Minyak ini ditujukan untuk menjaga supaya lampu mercusuar tetap menyala dan kapal-kapal yang lewat tidak terhempas karang.
Pada esok harinya, lewat seorang nenek tua yang memohon minta sedikit persediaan minyak si penjaga ini untuk memenuhi kebutuhan memasaknya hari itu. Si penjaga ini memberikan sedikit minyak itu. Esok malamnya ada seorang anak kecil yang menangis karena lampu penuntun jalannya mati kehabisan minyak. Si penjaga ini melihat hal tersebut dengan iba dan akhirnya memberikan sedikit minyak untuk membuat anak kecil ini bisa pulang dengan selamat.
Mendekati akhir minggu itu, si penjaga juga melihat ada orang yang membutuhkan minyak untuk keperluannya, karena si penjaga ini menganggap “ Apa salahnya sih menolong orang?”, maka setiap kali ada yang meminta tolong pasti ia Bantu.
Pada hari sebelumnya akhir minggu itu, malam harinya si penjaga melihat ada kapal yang melintas dan mambutuh tuntunan dari mercusuar. Ia segera bersiap menyalakan lampunya dan mengarahkan kapal tersebut. Namun ketika ia mendapati persediaan minyaknya telah habis dan pada malam itu juga terjadi tabrakan kapal dengan karang.
Beberapa orang tewas dalam kejadian itu.
Dalam hidup ini, banyak hal yang terlihat baik dan perlu untuk kita kerjakan. Tapi pada dasarnya, hanya ada beberapa hal utama yang Tuhan ingin untuk kita lakukan supaya kita memenuhi rencanaNya dalam hidup kita.
PRIORITAS adalah memikirkan segala sesuatu berdasarkan urutan kepentingan dan melakukan segala sesuatu berdasarkan urutan kepentingan. Selamat menentukan prioritas!
(artikel diambil dari warta Rehobot Ministry)
Subscribe to:
Posts (Atom)